KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri asuransi jiwa menghadapi tekanan signifikan dari gejolak pasar modal sepanjang kuartal I 2025. Kondisi ini berimbas pada penurunan drastis hasil investasi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melaporkan, hasil investasi industri asuransi jiwa anjlok tajam hingga hanya mencapai Rp 340 miliar pada kuartal pertama tahun 2025. Angka ini sangat kontras dengan capaian kuartal I 2024 yang berhasil membukukan Rp 12,32 triliun, menandakan kontraksi yang masif dalam kinerja investasi industri ini.
Menurut Simon Imanto, Ketua Bidang Keuangan, Permodalan, Investasi & Pajak AAJI, pelemahan kinerja pasar saham menjadi pemicu utama di balik penurunan hasil investasi yang signifikan ini. Simon menjelaskan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat koreksi sekitar 8% secara year-to-date, bergerak dari level 7.303,89 pada akhir Desember 2023 menjadi 6.510,62 di akhir Maret 2025.
Koreksi tajam di pasar modal ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut. Kebijakan The Federal Reserve yang mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan, serta langkah-langkah proteksionis dari pemerintahan baru Amerika Serikat, memperburuk sentimen investor dan memberikan tekanan pada pasar keuangan global. Situasi ini juga berdampak pada depresiasi nilai tukar Rupiah, yang semakin memperbesar tantangan terhadap portofolio investasi asuransi jiwa, terutama yang ditempatkan pada instrumen saham dan reksadana.
AAJI mencatat bahwa nilai investasi di saham hingga akhir Maret 2025 mengalami penurunan sebesar 19% secara tahunan, menjadi Rp 119,79 triliun. Penurunan ini sejalan dengan pelemahan IHSG dan tekanan yang terjadi di pasar modal global. Senada dengan saham, investasi pada reksadana juga terkoreksi 10,5% secara tahunan, mencapai Rp 65,79 triliun.
Di sisi lain, penempatan dana pada instrumen yang lebih stabil justru menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Investasi pada Surat Berharga Negara (SBN) meningkat 12,9% menjadi Rp 214,23 triliun. Sementara itu, investasi pada sukuk korporasi juga mengalami kenaikan 12,3% menjadi Rp 51,67 triliun. Dominasi SBN dalam portofolio investasi ini menunjukkan komitmen industri asuransi jiwa terhadap pembiayaan nasional, sekaligus strategi untuk menghindari risiko jangka pendek yang lebih tinggi dari pasar ekuitas yang volatil.
Secara keseluruhan, total aset investasi industri asuransi jiwa tercatat mencapai Rp 541 triliun per akhir kuartal I 2025, mencerminkan kemampuan industri untuk beradaptasi di tengah tantangan pasar modal yang fluktuatif.
Soal Penerapan Co-payment, AAJI Imbau Perusahaan Asuransi Jiwa Lakukan Hal Ini
Pembayaran Klaim Kesehatan Asuransi Jiwa Capai Rp 5,83 Triliun di Kuartal I-2025
Ringkasan
Industri asuransi jiwa menghadapi tekanan signifikan pada kuartal I 2025, dengan hasil investasi anjlok drastis menjadi hanya Rp 340 miliar, berbanding jauh dari Rp 12,32 triliun pada kuartal I 2024. Penurunan ini terutama dipicu oleh pelemahan kinerja pasar saham, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi sekitar 8%. Ketidakpastian ekonomi global, kebijakan suku bunga tinggi The Federal Reserve, dan depresiasi Rupiah turut memperburuk sentimen pasar.
Kondisi ini menyebabkan nilai investasi pada saham turun 19% dan reksadana terkoreksi 10,5% secara tahunan. Meskipun demikian, industri asuransi jiwa menunjukkan adaptasi dengan meningkatkan penempatan dana pada instrumen yang lebih stabil, seperti Surat Berharga Negara (SBN) yang naik 12,9% dan sukuk korporasi yang tumbuh 12,3%. Total aset investasi industri asuransi jiwa tercatat Rp 541 triliun pada akhir kuartal I 2025.