Rancak Media Pada Jumat (15/8/2025) lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,41% ke posisi 7.898,37. Sepanjang perdagangan hari itu, IHSG sempat mencatat rekor intraday dengan menembus level psikologis 8.000 dan menyentuh titik tertinggi di 8.017,06. Meskipun demikian, dalam sepekan terakhir, IHSG menunjukkan performa impresif dengan melesat 4,84%.
Tim Riset Korea Investment dan Sekuritas Indonesia (KISI) mengungkapkan bahwa peningkatan signifikan pada IHSG pekan lalu didorong oleh beberapa faktor kunci. Pertama, adanya perpanjangan jeda tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok selama 90 hari, yang berhasil meredam kekhawatiran seputar perang dagang global. Kedua, data inflasi AS yang moderat memicu ekspektasi kuat akan potensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Terakhir, aliran dana asing yang kembali deras ke pasar saham Indonesia turut menjadi pendorong utama. Survei dari Bank of America bahkan menunjukkan bahwa 37% manajer investasi global kini menempatkan porsi investasi saham yang lebih besar pada saham-saham di pasar negara berkembang.
Lantas, bagaimana proyeksi pergerakan IHSG setelah libur panjang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia?
Disokong Emiten Konglomerasi, Bisakah IHSG Kembali Tembus Level 8.000?
Prediksi analis
Berikut adalah sejumlah pandangan dan prediksi pergerakan IHSG dari para analis terkemuka:
1. Korea Investment dan Sekuritas Indonesia (KISI)
Tim Riset KISI memproyeksikan bahwa pada pekan ini (19-22 Agustus), IHSG akan bergerak cenderung mixed dalam rentang 7.725 – 8.150. Faktor-faktor penggerak utama akan datang dari dinamika pasar global dan domestik.
Dari sisi global, bursa saham AS berpotensi melanjutkan tren penguatan, meskipun ruang untuk konsolidasi tetap terbuka mengingat valuasi yang sudah tinggi. Fokus investor saat ini tertuju pada rilis risalah FOMC (Federal Open Market Committee) pada 20 Agustus, yang diharapkan dapat memberikan sinyal mengenai besaran dan peluang pemangkasan suku bunga pada bulan September. Sementara itu, bursa Asia diprediksi bergerak mixed dengan kecenderungan positif, didorong oleh katalis Indeks Harga Konsumen (CPI) Jepang dan keputusan Loan Prime Rate (LPR) Tiongkok. Stimulus dari Tiongkok dan inflasi yang terkendali berpotensi mendorong sektor konsumsi, properti, dan ekspor, sedangkan kekhawatiran geopolitik bisa menahan laju reli di sebagian pasar.
Di ranah domestik, IHSG diperkirakan akan berkonsolidasi setelah sempat menembus level 8.000 secara intraday pada Jumat lalu. Katalis utama adalah keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada 20 Agustus, yang diperkirakan akan tetap stabil di 5,25% dengan nada dovish untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan penyaluran kredit. Sikap akomodatif BI, berlanjutnya arus dana asing, serta sentimen positif dari kebijakan Tiongkok berpotensi mengangkat sektor konsumer, teknologi, dan transportasi. Namun, sektor perbankan akan tetap sensitif terhadap sinyal likuiditas dan stabilitas nilai tukar rupiah.
Penguatan IHSG Ditopang Saham Lapis Kedua, Intip yang Masih Menarik
2. Kiwoom Sekuritas Indonesia
Oktavianus Audi, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, mencermati bahwa pasca-Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, IHSG diprediksi masih akan menunjukkan penguatan terbatas selama sepekan ke depan. Ia memproyeksikan rentang pergerakan IHSG berada di level support 7.670 dan resistance 8.225. Indikator MACD (Moving Average Convergence Divergence) menunjukkan tren positif, meskipun indikator RSI (Relative Strength Index) telah menunjukkan kondisi jenuh beli.
Menurut Audi, beberapa faktor pendorong IHSG meliputi kenaikan signifikan dari sektor teknologi, kesepakatan penundaan tarif antara Tiongkok dan AS selama 90 hari, serta arus inflow asing yang mencapai Rp 6,68 triliun di seluruh perdagangan. Selain itu, mulai terjadi akumulasi pada saham-saham bank berkapitalisasi besar (big banks).
Selama sepekan ke depan, Audi melihat sentimen yang akan memengaruhi pergerakan IHSG, termasuk antisipasi pasar terhadap sikap Bank Indonesia (BI), terutama pasca-gencatan tarif 90 hari antara AS dan Tiongkok. Pergerakan harga komoditas juga dapat memengaruhi saham dalam jangka pendek, khususnya CPO (Crude Palm Oil) yang masih dalam tren penguatan, berpotensi berdampak positif pada kinerja emiten agribisnis.
Tonton: IHSG All Time High, Harapan di Saham Konglomerat
3. Kanaka Hita Solvera
Mengutip Kompas.com, Daniel Agustinus, Direktur Kanaka Hita Solvera, memperkirakan IHSG masih memiliki peluang untuk menguat hingga akhir tahun 2025. Namun demikian, potensi koreksi jangka pendek mungkin terjadi pada September–Oktober, dengan perkiraan koreksi ke kisaran 7.400–7.650.
Hingga akhir tahun, sektor infrastruktur, energi, dan material dasar diproyeksikan masih menunjukkan kinerja positif. Hal ini didorong oleh kinerja emiten konglomerasi, khususnya dari Grup PP, yang masih berpotensi menguat. Sebagai rekomendasi investasi saham, Daniel menyarankan investor untuk mencermati PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dengan target harga Rp 10.000 per saham.
Ringkasan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (15/8/2025) ditutup melemah 0,41% ke 7.898,37, meskipun sempat mencetak rekor intraday menembus 8.000. Namun, dalam sepekan terakhir, IHSG menunjukkan performa impresif dengan melesat 4,84%. Peningkatan signifikan ini didorong oleh perpanjangan jeda tarif impor AS-Tiongkok, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed karena data inflasi AS yang moderat, serta derasnya aliran dana asing ke pasar saham Indonesia.
Setelah libur panjang, analis memproyeksikan pergerakan IHSG yang bervariasi. Tim Riset KISI memprediksi IHSG bergerak cenderung *mixed* di rentang 7.725-8.150 pada pekan 19-22 Agustus, dipengaruhi rilis risalah FOMC dan keputusan suku bunga BI yang dovish. Kiwoom Sekuritas melihat penguatan terbatas di rentang 7.670-8.225, didukung sentimen Bank Indonesia dan akumulasi saham bank besar. Sementara itu, Kanaka Hita Solvera memperkirakan IHSG berpeluang menguat hingga akhir 2025, meski ada potensi koreksi jangka pendek pada September-Oktober ke 7.400-7.650, dengan sektor infrastruktur, energi, dan material dasar diproyeksikan positif.