Rancak Media JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 0,63% ke level 7.113,42 pada akhir perdagangan Kamis (5/6). Kendati demikian, kinerja IHSG dalam sepekan terakhir masih menunjukkan pelemahan, dengan koreksi sebesar 1,19%.
Pergerakan korektif pada indeks komposit ini tidak terlepas dari tekanan jual bersih, atau net sell, yang masif dari investor asing. Dalam sepekan terakhir, investor asing tercatat melakukan net sell sebesar Rp 4,7 triliun di seluruh pasar saham. Mayoritas saham big caps menjadi target utama aksi jual ini.
Aksi net sell terbesar oleh investor asing tercatat pada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai mencapai Rp 1,89 triliun dalam sepekan terakhir. Selain itu, aksi jual signifikan juga menyasar saham big caps lainnya seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 1,18 triliun, PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp 350,5 miliar, serta PT Alamtri Resources Indonesia Tbk dengan Rp 282,2 miliar.
Cek Rekomendasi Saham Sido Muncul (SIDO) yang Terus Melemah
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, menilai bahwa tekanan jual di pasar saham domestik ini sebagian besar didorong oleh aksi ambil untung atau profit taking. Alasan di balik profit taking ini cukup kuat, mengingat IHSG telah menunjukkan kenaikan signifikan sepanjang Juni. Bahkan, pada Juni 2025, IHSG berhasil mematahkan fenomena “Sell in May and Go Away” dengan penguatan impresif sebesar 6,04%.
“Secara teknikal, pergerakan IHSG relatif mixed karena di awal pekan melemah signifikan, tetapi dua hari terakhir IHSG sudah kembali rebound,” jelas Nafan kepada Kontan, Kamis (5/6).
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menambahkan bahwa faktor domestik seperti banyaknya libur panjang, terutama momen Idul Adha, turut memengaruhi perilaku investor di pasar saham. “Ini akan memengaruhi perilaku investor dalam keputusan investasinya sehingga cenderung untuk menahan diri serta menghindari risiko dengan melakukan profit taking terlebih dahulu,” kata Nico.
Di sisi lain, Nico juga mengungkapkan bahwa pelaku pasar masih menaruh harapan pada perundingan lanjutan antara delegasi Indonesia dan Amerika Serikat (AS) terkait tarif perdagangan, yang akan memulai negosiasi putaran kedua pekan depan.
Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas, menambahkan bahwa aksi jual investor asing juga dipengaruhi oleh kombinasi sentimen domestik dan eksternal. Dari sisi eksternal, ketidakpastian mengenai kesepakatan dagang antara AS dan China masih membayangi. Valdy menjelaskan bahwa kedua negara masih terkesan tarik ulur dalam negosiasi perdagangan. “Sementara itu, tenggat waktu penundaan reciprocal tariff pun semakin mendekati batas akhir,” ujarnya.
Di Tengah Kabar Spin Off, BRIS Jadi Laggard IHSG dengan Penurunan Harga Terdalam
Adapun dari dalam negeri, Valdy melanjutkan, pasar saham masih merespons negatif realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di bawah 5%, tepatnya di level 4,87%. “Pelaku pasar juga merespons perlambatan data inflasi di April 2025 yang kembali memicu kekhawatiran adanya perlambatan konsumsi di April 2025,” ucapnya.
Strategi Investasi
Di tengah tekanan net sell oleh investor asing ini, Valdy menyarankan investor ritel dalam negeri untuk tetap melakukan aksi beli, baik untuk mengoleksi baru atau menambah posisi, seraya memperhatikan arus keluar investor asing pada saham yang dituju. Namun, jika tujuan awal adalah investasi jangka panjang, Valdy menekankan pentingnya memerhatikan kondisi fundamental masing-masing perusahaan dan tidak perlu ikut-ikutan ketika ada aksi jual dari investor asing.
Sektor Otomotif Masih Belum Bisa Ngebut, Simak Rekomendasi Sahamnya
Sebaliknya, jika tujuan investasi Anda adalah trading jangka pendek, Valdy menyarankan untuk mempertimbangkan apakah saham yang diincar telah memasuki area overbought atau justru dengan pelemahan harga sudah kembali memasuki area oversold, yang merupakan peluang untuk re-entry. Secara fundamental, Valdy memiliki beberapa pilihan saham yang dilego investor asing, yaitu BBCA dengan target harga di Rp 11.400, BMRI di Rp 6.325, dan SMRA di Rp 680. Sementara untuk strategi trading, rekomendasi saham Valdy adalah ADRO dengan target pertama di Rp 2.500 dan target selanjutnya di Rp 2.600.
Ringkasan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat namun melemah dalam sepekan terakhir sebesar 1,19% akibat aksi jual bersih (net sell) investor asing mencapai Rp 4,7 triliun, yang sebagian besar menyasar saham big caps seperti BBCA dan BMRI. Pelemahan ini didorong oleh aksi ambil untung setelah kenaikan signifikan IHSG di Juni, serta faktor domestik seperti libur panjang Idul Adha. Ketidakpastian negosiasi dagang AS-China dan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah 5% juga turut memengaruhi sentimen.
Di tengah tekanan jual asing, investor ritel disarankan untuk tetap melakukan aksi beli, fokus pada fundamental perusahaan untuk investasi jangka panjang. Untuk trading jangka pendek, pertimbangkan area overbought atau oversold sebagai peluang re-entry. Saham-saham seperti BBCA, BMRI, dan SMRA direkomendasikan secara fundamental, sementara ADRO disarankan untuk trading jangka pendek.