Rancak Media JAKARTA. Instrumen reksadana menunjukkan performa impresif sepanjang Mei 2025, dengan reksadana saham dan reksadana campuran tampil sebagai produk investasi dengan kinerja paling cemerlang. Tren positif ini menandai periode yang menggembirakan bagi pasar modal Indonesia.
Data dari Infovesta Utama mengonfirmasi dominasi ini, mencatat bahwa indeks reksadana saham melonjak sebesar 4,44% secara bulanan (month-on-month) pada Mei 2025. Diikuti ketat oleh reksadana campuran yang membukukan kenaikan 2,92% mom. Sementara itu, reksadana pendapatan tetap (RDPT) juga mencatat kinerja positif 1,03% mom, dan reksadana pasar uang (RDPU) tumbuh stabil 0,45%.
Menurut Reza Fahmi, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), kinerja gemilang reksadana saham dan campuran didukung oleh langkah pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 5,50%. Kebijakan relaksasi moneter ini secara signifikan meningkatkan daya tarik investasi di pasar saham dan obligasi, yang pada gilirannya mendorong kenaikan harga aset dasar reksadana. Hal ini tercermin jelas dari kembalinya arus dana asing ke pasar keuangan domestik, di mana investor non-residen mencatat beli neto sebesar Rp 1,54 triliun di pasar saham dan Rp 14,13 triliun di pasar surat berharga negara (SBN).
Reza juga menyoroti peran penting kinerja positif di sektor konsumsi dan infrastruktur, yang menjadi pondasi utama bagi sejumlah reksadana saham dan campuran. Sektor konsumsi mendapatkan dorongan dari peningkatan daya beli masyarakat, sementara sektor infrastruktur diuntungkan oleh masifnya proyek-proyek pemerintah. “Ini menunjukkan kepercayaan investor yang kuat terhadap stabilitas ekonomi Indonesia,” ujar Reza kepada KONTAN, Minggu (8/6).
BRI-MI Tawarkan Reksadana Syariah Terjangkau, Wujudkan Ibadah Haji dan Umrah
CEO Pinnacle Investment Indonesia, Guntur Putra, menambahkan bahwa rotasi sektor dari saham-saham berkapitalisasi besar ke sektor-sektor siklikal turut memberikan momentum positif bagi reksadana saham dan campuran. Selain itu, tren kembalinya dana investor global untuk berinvestasi di saham Indonesia juga diperkuat oleh perbaikan kinerja nilai tukar rupiah. “Lalu didukung juga de-eskalasi tarif global dan perbaikan sentimen terhadap pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara, yang sempat dikabarkan berpotensi untuk menjadi ‘liquidity provider‘ bagi bursa saham Indonesia,” paparnya.
Melihat ke depan, Guntur menilai prospek reksadana saham dan campuran masih terbilang positif, terutama jika kondisi ekonomi global dan domestik tetap stabil serta sentimen pasar saham terus membaik. Kendati demikian, volatilitas pasar tetap berpotensi tinggi akibat ketidakpastian global, seperti arah kebijakan suku bunga The Fed, dinamika geopolitik, dampak perang tarif, dan arah kebijakan pemerintahan baru pasca pemilihan umum yang masih membayangi.
Dalam jangka pendek, reksadana pendapatan tetap (RDPT) dan reksadana pasar uang (RDPU) masih dipandang sebagai pilihan utama bagi investor yang cenderung menghindari risiko tinggi. Khususnya RDPU, produk ini sangat cocok bagi investor yang mengutamakan tingkat likuiditas tinggi, ditambah dengan tren suku bunga yang masih berada pada level yang cukup tinggi. Namun, jika terjadi skenario penurunan suku bunga, reksadana saham dan campuran berpeluang besar untuk memberikan imbal hasil yang lebih menarik dan berpotensi kembali menjadi primadona investasi. “Investor dengan profil risiko agresif dapat memanfaatkan momentum ini dengan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) untuk reksadana saham,” pungkas Reza.
Perluas Produk Reksadana, Manulife Aset Manajemen Gandeng BCA
Ringkasan
Reksadana saham dan reksadana campuran menunjukkan kinerja paling cemerlang sepanjang Mei 2025, dengan reksadana saham melonjak 4,44% dan campuran 2,92% secara bulanan. Kinerja positif ini didorong oleh pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia, yang menarik masuknya arus dana asing ke pasar saham dan obligasi domestik. Selain itu, performa sektor konsumsi dan infrastruktur yang kuat serta rotasi sektor turut berkontribusi pada momentum kenaikan ini.
Prospek reksadana saham dan campuran dinilai tetap positif jika stabilitas ekonomi global dan domestik terjaga, meskipun volatilitas pasar berpotensi tinggi akibat ketidakpastian global. Bagi investor yang cenderung menghindari risiko tinggi, reksadana pendapatan tetap dan pasar uang masih menjadi pilihan utama. Namun, reksadana saham dan campuran berpotensi memberikan imbal hasil lebih menarik jika terjadi skenario penurunan suku bunga.