Menembus Kabut Merbabu: Sebuah pengalaman Indah menuju Seven Summit Indonesia

Ade Banteng

Keindahan Gunung Merbabu: Perpaduan Panorama Alam dan Pengalaman Mendaki yang Menggetarkan

Boyolali, Jawa Tengah — Gunung Merbabu, yang menjulang setinggi 3.145 meter di atas permukaan laut (mdpl), merupakan salah satu gunung favorit bagi para pendaki di Pulau Jawa. Terletak di perbatasan Kabupaten Boyolali, Magelang, dan Salatiga, gunung ini tidak hanya menyuguhkan jalur yang indah, tetapi juga pengalaman mendaki yang membekas dalam ingatan.

Gunung Merbabu termasuk dalam jajaran Seven Summit of Java—tujuh puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa yang menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki. Jalurnya yang paling populer adalah Jalur Selo, dikenal dengan padang sabana terbuka dan panorama Gunung Merapi yang megah di kejauhan.

Pemandangan Memukau di Sepanjang Jalur Selo

Bagi pendaki pemula maupun berpengalaman, jalur Selo menyajikan kombinasi sempurna antara tantangan dan keindahan alam. Vegetasi hijau, udara sejuk, serta kabut yang mengambang tipis di sabana menjadi pemandangan yang kerap ditemui.

“Saya memulai pendakian dari basecamp Selo. Setiap tanjakan memang menguras tenaga, tapi sabananya benar-benar membuat saya merasa seperti berjalan di negeri dongeng,” ujar Lidya, salah satu pendaki muda yang baru menuntaskan pendakiannya di Merbabu.

Sepanjang perjalanan, pendaki akan melewati pos-pos seperti Pos 1 Dok Malang, Pos 2 Batu Tulis, hingga Sabana 1 dan 2 yang menjadi spot favorit untuk beristirahat dan berfoto.

Summit Attack: Perjuangan Dini Hari yang Terbayar di Puncak

Sebagian besar pendaki memulai pendakian ke puncak (summit attack) pada dini hari. Begitu pula dengan Lidya dan timnya yang memulai summit pada pukul 02.00 dini hari.

“Medannya gelap, angin dingin sekali, dan jalur makin terjal. Tapi kami tetap semangat karena tahu, pemandangan di atas akan sangat luar biasa,” katanya.

Benar saja, sekitar pukul 07.00 hingga 08.00 pagi, mereka tiba di puncak Kenteng Songo. Dari sana, lautan awan membentang luas, sinar matahari pagi menyinari pucuk-pucuk gunung, dan Merapi tampak gagah berdiri di selatan.

“Semua rasa lelah hilang. Saya bahkan sampai menitikkan air mata karena saking indah dan damainya suasana puncak saat itu,” tambahnya.

Mendaki Sebagai Refleksi Diri dan Cinta Alam

Pendakian ke Merbabu tidak hanya menawarkan pemandangan indah, tapi juga menjadi media refleksi bagi sebagian pendaki. Seperti Lidya, yang menyebut pendakian ini sebagai momen penting dalam hidupnya.

“Setelah sebelumnya mendaki Gunung Pundak, Merbabu jadi pendakian kedua saya dan dari situ saya benar-benar merasakan bahwa mendaki bukan sekadar hobi, tapi cara belajar menghargai proses dan alam,” ungkapnya.

Selain itu, Gunung Merbabu juga dianggap sebagai tempat yang cocok bagi pendaki pemula yang ingin merasakan pendakian ‘rasa tinggi’ tapi dengan jalur yang aman dan terarah.

Seiring meningkatnya jumlah pendaki, penting untuk menjaga kelestarian gunung agar generasi mendatang tetap bisa merasakan keindahannya. Pendaki diimbau untuk membawa kembali sampah, mematuhi aturan basecamp, dan tidak merusak vegetasi alami seperti edelweis.

“Mendaki gunung itu bukan ajang gaya-gayaan. Kita datang sebagai tamu, jadi sudah sewajarnya kita menjaga kebersihan dan menghormati alam,” tegas Lidya.

Baca Juga

Bagikan:

https://kepware.oice-automation.com/ https://sielang.bekasikab.go.id/ https://dinkes.pinrangkab.go.id/ https://disdikbud.pinrangkab.go.id/