Jepara Surganya Air Terjun, Ladang Baru Ekonomi Kreatif Desa

Ade Banteng

Tren wisata keluarga berbasis alam dan spiritualitas lokal kini makin diminati, terutama pasca-pandemi. Salah satu bentuk wisata yang kini semakin dilirik adalah wisata air terjun, terutama di kawasan yang memiliki kekayaan topografi seperti Kabupaten Jepara. Selain terkenal dengan Karimunjawa dan ukiran kayunya, Jepara juga menyimpan potensi besar dari air terjun alamnya. Segmen wisata yang belum sepenuhnya digarap secara optimal sebagai destinasi wisata halal dan edukatif keluarga.

Air terjun menawarkan kesegaran visual dan spiritual dalam satu paket. Air yang jatuh dari ketinggian, pepohonan rindang, suara alam yang alami, dan nuansa ketenangan membuat air terjun menjadi ruang kontemplatif yang tepat bagi keluarga. Di sinilah letak peluang besar pengembangan wisata halal, yang tidak semata mengacu pada kuliner atau akomodasi bebas non-halal, tetapi pada ekosistem wisata yang menjaga nilai kesucian, kenyamanan, dan kebersamaan.

Salah satu destinasi utama yang kini mulai populer adalah Air Terjun Jurang Manten atau Jurang Nganten di Desa Tanjung, Kecamata Pakisaji. Nama “Jurang Manten” bukan sekadar penanda geografis, tetapi memiliki makna historis dan spiritual dari kisah sepasang pengantin yang tak direstui orang tuanya. Mitos ini bisa dikemas sebagai narasi edukatif dalam bentuk storytelling wisata keluarga—bahwa cinta, restu, dan alam memiliki kaitan erat dalam kehidupan manusia.

Keindahan Air Terjun Jurang Manten terletak pada suasananya yang masih alami dan damai. Keasrian yang ditawarkan sangat ideal untuk wisata keluarga yang mencari tempat untuk menenangkan diri dari rutinitas kota, namun membutuhkan kekuatan menyusuri jalan sempit perbukitan. Jika dikelola dengan pendekatan halal, kawasan ini bisa menghadirkan musala alami di sekitar air terjun, pemandu wisata maupun petunjuk pendakian, serta produk UMKM halal lokal dari masyarakat Pakisaji.

Tak jauh dari sana, Air Terjun Kedung Ombo di Desa Papasan, Kecamatan Bangsri, juga menjadi permata tersembunyi yang tak kalah memikat. Kedung Ombo yang berarti “air jatuh yang luas” menghadirkan panorama tebing tinggi serta tumpukan bebatuan yang tersusun rapi secara alami menjadi tebing. Demikian juga pepohonan pakis dan sejumlah lompong-lompongan yang membentuk kanopi alami dengan kabut khas Pegunungan Muria. Dengan ketinggian mencapai 40 meter, destinasi ini sangat berpotensi dikembangkan menjadi tempat rekreasi halal bertema “wisata air dan kesehatan,” karena atmosfernya sangat cocok untuk refleksi dan terapi alam.

Air terjun bukan hanya jatuhnya air dari ketinggian, tetapi aliran ketenangan yang membawa jiwa kembali pada keheningan. Di Jepara, setiap gemericik air menjadi doa alam bagi keluarga yang ingin menyatu dengan ciptaan-Nya dalam wisata halal yang menyejukkan.

Selanjutnya adalah Air Terjun Songgo Langit, sebuah mahakarya alam yang berada di bawah kaki Gunung Muria, tepatnya di Desa Bucu, Kecamatan Kembang. Nama “Songgo Langit” atau penyangga langit menciptakan imaji spiritual yang sangat kuat. Seolah-olah air terjun ini menjadi penghubung antara bumi dan langit. Dengan ketinggian 80 meter, suasana di sekitar air terjun ini sangat hening dan cocok untuk retreat keluarga Muslim, dengan aktivitas relaksasi, membaca Al-Qur’an di alam terbuka, atau program edukasi lingkungan berbasis ajaran Islam.

Kemudian, Air Terjun Banyu Anjlok di Desa Somosari, Kecamatan Batealit, menawarkan sensasi petualangan yang berbeda. Bagi keluarga yang menyukai tantangan, jalur menuju air terjun ini penuh dengan trek alami yang menantang namun menyegarkan. Ini bisa dikembangkan sebagai “wisata halal adventure” dengan prinsip zero waste dan pelatihan outdoor education, di mana nilai-nilai kebersamaan dalam keluarga bisa ditanamkan melalui petualangan yang bernuansa Islami.

Masih di Desa Somosari, Air Terjun Setatah menjadi destinasi berikutnya yang menonjolkan ketenangan dan kesederhanaan. Untuk menuju ke air terjun ini, pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak dan melewati hamparan sawah yang memesona. Bagi wisatawan Muslim, perjalanan menuju air terjun ini bisa dijadikan sebagai metafora spiritual, dari jalan yang sempit menuju kelapangan jiwa. Ini dapat dikemas dalam bentuk tur edukatif keluarga bertema “jalan ke jernihnya hati melalui alam.”

Dari sudut pandang ekonomi kreatif, lima air terjun ini bukan hanya sebagai objek wisata, tetapi juga bisa menjadi titik tumbuh ekosistem ekonomi lokal. Masyarakat desa dapat dilibatkan dalam penyediaan jasa pemandu halal, penyewaan perlengkapan wisata syariah, warung halal dengan konsep eco-food, hingga pelatihan narasi wisata Islami berbasis sejarah lokal dan mitologi.

Penting juga disadari bahwa wisata air terjun ini dapat memperkuat konsep halal green tourism, yakni wisata yang tidak hanya sesuai syariah, tapi juga ramah lingkungan dan membangun kesadaran spiritualitas ekologis. Jepara dapat menjadi pionir kabupaten wisata halal berbasis air terjun di Indonesia, jika pemda setempat mau membuka skema kerjasama dengan kampus, komunitas, dan pelaku UMKM lokal.

Wisata keluarga tidak hanya butuh tempat yang indah, tetapi juga makna dan nilai. Air terjun menawarkan keduanya. Ia bukan hanya tempat berfoto dan beristirahat, melainkan ruang spiritual yang mempertemukan manusia dengan ciptaan-Nya. Ini adalah potensi yang belum banyak digarap di Indonesia secara serius.

Menapaki jalan setapak menuju air terjun adalah perjalanan spiritual: dari hiruk-pikuk dunia menuju damainya alam. Jepara menyuguhkan bukan hanya pemandangan, tapi juga pelajaran hidup untuk keluarga yang ingin kembali ke akar kesederhanaan dan makna. 

Jika ditata dengan baik, ditambahkan sentuhan teknologi digital seperti QR-code cerita mitos, info doa-doa alam, dan e-payment halal marketplace UMKM lokal, maka wisata air terjun Jepara akan naik kelas sebagai destinasi keluarga Islami yang kompetitif di level nasional.

Penting pula memperhatikan keberlanjutan dan konservasi. Dalam manajemen wisata halal, keasrian dan kebersihan adalah bagian dari prinsip thayyib. Karena itu, kebijakan eco-halal tourism harus menyatu, dari pengunjung dilarang buang sampah sembarangan, air tidak boleh tercemar sabun, dan intervensi fisik harus minimal.

Akhirnya, air terjun di Jepara bukan sekadar curahan air dari tebing, melainkan curahan potensi spiritual, edukatif, dan ekonomi kreatif lokal. Dengan narasi yang kuat, pengelolaan yang bijak, dan pendekatan wisata halal, lima air terjun Jepara bisa menjelma menjadi destinasi unggulan keluarga Muslim Indonesia.

Baca Juga

Bagikan:

https://kepware.oice-automation.com/ https://shlink.upr.ac.id/ https://ppid.pemalangkab.go.id/ https://informatika.usk.ac.id/ https://dprd.bandungkab.go.id/ https://bphtb.kuningankab.go.id/ https://pmb.akamigaspalembang.ac.id/ https://lppm.upr.ac.id/ https://cas.usk.ac.id/ https://ppidrsud.pemalangkab.go.id/