Liburan ke Luar Negeri Gagal? Pelajaran Mahal dari Perencanaan Buruk

Ade Banteng

Tahun 2025 menjadi saksi perjalanan pertama anak dan istri saya ke luar negeri. Bukan tur mewah dengan fasilitas berlimpah, melainkan petualangan mandiri yang menuntut kami untuk berhemat sekaligus menjaga keamanan.

Pengajuan Paspor: Pelajaran yang Berharga Mahal

Saya tergoda untuk memulai cerita ini dengan detail teknis pengajuan paspor. Namun, agar tidak mengulang informasi yang sudah diulas tuntas oleh Bung Billy Steven Kaitjili dalam artikelnya, ‘Urus Paspor 5 Tahun Lewat M-Paspor: Mudah dan Tanpa Drama’, saya akan melompati bagian ini. Satu catatan penting dari pengalaman kami di Semarang: mendapatkan kuota di Kantor Imigrasi Semarang itu perjuangan! Proses daringnya mengharuskan kami bersaing dengan ratusan orang lain setiap hari.

Di pertengahan Februari, semua kuota di Kantor Imigrasi Semarang sudah ludes hingga akhir bulan. Opsi mengajukan di kota lain memang ada, tapi ongkos dan waktu untuk bolak-balik ke luar kota membuat kami memilih untuk bersabar menunggu kuota Semarang.

Petugas imigrasi memberi sedikit harapan: kuota harian bisa saja bertambah secara “tiba-tiba”. Alhasil, dua atau tiga kali sehari kami memantau aplikasi M-Paspor, berharap keajaiban datang. Akhirnya, kami menemukan secercah harapan: tambahan kuota untuk tanggal 20-an hingga akhir Februari 2025. Setelah menyesuaikan dengan jadwal kerja anak saya, kami memutuskan untuk mendaftar di kuota tambahan tanggal 28 Februari 2025.

Sebenarnya, ada opsi jalur cepat dengan membayar biaya percepatan paspor sebesar Rp. 1.000.000 di atas tarif normal paspor elektronik (Rp. 650.000). Pilihan yang sulit, mengingat waktu keberangkatan anak dan istri saya sudah pasti, yaitu saat cuti bersama Libur Lebaran 1 April 2025.

Dilema ini berkisar pada kecepatan versus biaya. Membayar percepatan berarti paspor cepat selesai, memungkinkan kami segera memesan tiket pesawat yang mungkin masih murah sebelum harga melonjak mendekati Lebaran. Saat itu, harga tiket ke Singapura sudah lumayan mahal, dan kami khawatir harganya akan terus meroket.

Setiap hari, pagi, siang, dan malam, kami memantau pergerakan harga tiket pesawat dan membandingkannya dengan biaya percepatan paspor. Awalnya, selisih harga tiket masih lebih rendah daripada biaya percepatan. Namun, keberuntungan berpihak pada kami. Baru tiga atau empat hari kami berjaga, kuota tambahan pengajuan paspor muncul!

Pelajaran berharga yang kami petik adalah: urus paspor jauh-jauh hari sebelum keberangkatan, terutama jika berencana bepergian saat libur panjang. Harga tiket pesawat bisa naik gila-gilaan, bahkan dua kali lipat dari harga normal, jika Anda membeli tiket terlalu dekat dengan hari libur seperti Lebaran, libur sekolah, atau Natal dan Tahun Baru.

Setelah urusan paspor beres pada 5 Maret 2025, tibalah saatnya memesan tiket untuk keberangkatan 1 April 2025. Kami sepakat untuk tidak memesan tiket sebelum paspor di tangan.

Tiket Pesawat

Karena ini pengalaman pertama ke luar negeri, istri saya ingin tiba di Singapura sebelum malam tiba. Kendalanya, Bandara A. Yani Semarang belum berstatus bandara internasional, sehingga mereka harus transit di bandara internasional di Indonesia terlebih dahulu.

Demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, kami memilih tiket pesawat yang bisa di-reschedule dan di-refund. Tentu saja, tiket ini lebih mahal dibandingkan tiket promo yang biasanya tidak fleksibel. Selain itu, tiket promo seringkali memiliki jadwal kedatangan yang kurang ideal bagi istri saya.

Pengalaman berburu tiket secara daring cukup melelahkan. Kami memulai dengan membuka beberapa situs penjualan tiket daring, seperti Agoda, Traveloka, dan Tiket.com. Mencari jadwal pesawat yang sesuai dengan keinginan kami dan dengan harga termurah bukanlah perkara mudah, mengingat kami belum berpengalaman dalam membeli tiket pesawat secara daring.

Setelah mendapatkan beberapa alternatif jadwal, anak saya mengecek apakah tiket tersebut bisa di-reschedule dan di-refund. Selanjutnya, dia memastikan apakah harga tiket sudah termasuk bagasi atau belum. Maskapai penerbangan low-cost seperti AirAsia dan sejenisnya biasanya tidak menyertakan bagasi dalam harga tiket.

Berdasarkan pengalaman saya, biasanya bagasi yang saya bawa saat berangkat tidak lebih dari 10 kg. Untuk kepulangan, tentu saja, tergantung pada rencana belanja di tempat wisata. Pengalaman juga mengajarkan bahwa lebih baik membeli tiket dengan tambahan bagasi langsung, daripada membayar kelebihan bagasi saat check-in di konter. Beberapa maskapai menawarkan kemudahan dengan memberikan pilihan harga bagasi saat membeli tiket secara daring, untuk berbagai berat bagasi seperti 5 kg, 10 kg, dan seterusnya.

Setelah tiket di tangan dengan jadwal terbaik yang sudah dipilih, kita tetap harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, terutama jika pesawat mengalami penundaan (delay). Contohnya, perjalanan kedua anak dan istri saya ke Bangkok tertunda hampir empat jam di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Akibatnya, mereka tiba di Bangkok sekitar jam 9 malam, jauh dari rencana awal jam 17.30.

Persiapan yang saya maksud adalah menyiapkan alternatif transportasi dari bandara tujuan ke hotel. Jika semula anak dan istri saya berencana menggunakan bus A3 dari Bandara Don Mueang ke hotel di sekitar Pratunam, kami harus menyiapkan opsi transportasi lain sebagai jaga-jaga. Menurut informasi, layanan bus A3 dari Bandara Don Mueang hanya beroperasi hingga jam 11 malam.

Alternatifnya adalah menggunakan transportasi online seperti Grab atau transportasi online lokal Bolt untuk Thailand. Ini berarti kita harus memastikan sudah mengunduh aplikasi tersebut sebelum berangkat berwisata.

Aplikasi Grab Indonesia bisa digunakan di Bangkok, tetapi untuk mengunduh aplikasi Bolt, tampaknya kita memerlukan SIM-Card Thailand. Sebaiknya kita juga mencoba aplikasi tersebut terlebih dahulu, setidaknya untuk transportasi pertama di tempat tujuan wisata, dalam hal ini dari Don Mueang ke hotel di Pratunam. Mencoba aplikasi transportasi ini penting, terutama karena anak dan istri saya tidak menggunakan biro perjalanan dan berusaha untuk berhemat dan aman.

Manfaat lain dari aplikasi transportasi ini dan aplikasi lainnya akan saya ceritakan di seri tulisan lainnya.

Hotel

Setelah urusan tiket dan transportasi lokal selesai, tibalah saatnya memesan hotel. Rata-rata negara yang akan kita kunjungi mengharuskan kita memiliki bukti pemesanan hotel, selain uang tunai mata uang lokal, terutama jika ada pemeriksaan acak (random check), seperti yang konon katanya sering terjadi di Bandara Don Mueang.

Kembali ke pengalaman wisata ke Singapura. Berdasarkan rekomendasi teman anak saya yang baru pulang dari Singapura, anak saya memilih Hotel ST Signature di Jalan Besar, Singapura. Hotel ini dipilih karena dekat dengan stasiun MRT, sehingga kami tidak perlu menyeret koper terlalu jauh. Memang, di kota lain di negara lain, seperti Tokyo di Jepang, kita bisa menitipkan koper untuk langsung dikirim ke hotel. Tetapi, tentu saja, biayanya relatif mahal untuk kantong kami yang ingin berhemat.

Kita juga harus mengecek jadwal check-in hotel, apakah sesuai dengan jadwal kedatangan kita atau tidak. Jika jadwal kedatangan kita terlalu awal dari jadwal check-in, pastikan kita bisa menitipkan koper di hotel. Akan sangat merepotkan jika kita tiba pagi-pagi dan harus berkeliling wisata sambil menenteng koper.

Jangan lupa juga untuk membaca ulasan (review) dari tamu hotel, baik di Google maupun di situs penjualan tiket hotel, dalam kasus kami adalah Tiket.com. Yang menjadi perhatian istri saya adalah apakah hotel tersebut “angker” atau tidak, aman atau tidak, dan apakah fasilitas yang dijanjikan sesuai atau tidak, seperti yang tertulis di ulasan.

Anak dan istri saya juga mengecek fasilitas kamar hotel, apakah hotel menyediakan pengering rambut atau tidak, apakah mereka perlu membawa bidet atau tidak. Bagi yang terbiasa membersihkan diri setelah buang air dengan air, sebaiknya selalu membawa bidet portable. Jika ingin lebih hemat, bisa juga membawa botol air minum kemasan yang tutupnya dimodifikasi.

Untuk berjaga-jaga dari kemungkinan buruk, sebaiknya kita memilih hotel yang bisa di-refund jika kita membatalkan perjalanan. Biasanya, pembatalan kamar hotel akan dikenakan biaya yang semakin besar mendekati hari kedatangan. Bahkan, di H-3, biasanya kamar hotel sudah tidak bisa di-refund.

Fasilitas tambahan lain yang penting-tidak penting adalah timbangan di hotel. Sayangnya, informasi tentang timbangan jarang dicantumkan di situs hotel atau situs penjual tiket. Timbangan penting, terutama saat kita akan kembali ke Indonesia, untuk memastikan bahwa bagasi kita tidak melebihi batas.

Jika kelebihan beratnya tidak banyak, kita bisa membagi barang bawaan kita di hotel, dengan 7 kilogram untuk kabin dan sisanya untuk bagasi sesuai ketentuan tiket pesawat. Untuk keperluan ini, penting juga untuk menyiapkan tas yang ukurannya sesuai dengan standar koper kabin, tetapi juga bisa memuat barang seberat 7 kilogram.

Sekali lagi, inilah repotnya jika kita berwisata tanpa biro perjalanan dan ingin berhemat serta aman.

Menginap di Hotel ST Signature Jalan Besar Singapura juga merupakan pengalaman baru bagi anak dan istri saya. Kami harus melakukan pre-check-in sebelum keberangkatan melalui aplikasi hotel, yaitu ST Signature Chat-In. Anak dan istri saya mengalami masalah saat pre-check-in karena memerlukan nomor booking. Sementara itu, di bukti pesanan dari Tiket.com, tidak tercantum nomor booking. Terpaksa kami mengeluarkan biaya tambahan untuk menelepon Tiket.com.

Check-in di hotel ini juga unik, karena semuanya dilakukan secara daring melalui aplikasi yang sama dengan pre-check-in. Check-in dilakukan saat kita sudah tiba di hotel dengan menggunakan internet hotel. Setelah proses check-in daring selesai, kita bisa membuka pintu kamar melalui aplikasi yang terhubung dengan bluetooth.

Setelah semuanya beres, kita siap berwisata!

Kesimpulan: Tips dan Trik

Buatlah paspor dan belilah tiket pesawat dan hotel jauh sebelum hari keberangkatan, misalnya 4-6 bulan sebelumnya. Dengan begitu, kita bisa menghemat biaya dan memiliki banyak pilihan tiket pesawat dan hotel.
Jika Anda tidak yakin 100% bisa berangkat, sebaiknya beli tiket pesawat yang bisa di-reschedule dan di-refund. Untuk kamar hotel, carilah yang juga memberikan fasilitas refund.
Cek apakah harga tiket pesawat sudah termasuk bagasi atau belum dan berapa biaya tambahan untuk bagasi.
Pilihlah hotel yang dekat dengan halte transportasi umum agar Anda tidak perlu menyeret koper terlalu jauh.
Cek kesesuaian antara jadwal kedatangan Anda dan waktu check-in hotel.
Baca ulasan (review) tentang hotel tersebut dari tamu lain dan cek fasilitas yang diberikan hotel, seperti pengering rambut dan bidet.

Terakhir, selamat berwisata! Tunggu artikel saya berikutnya tentang manfaat dan mudarat wisata ke luar negeri.

Ringkasan

Artikel ini menceritakan pengalaman keluarga dalam merencanakan liburan ke luar negeri, menyoroti pentingnya perencanaan yang matang agar tidak terjadi kegagalan. Beberapa poin penting termasuk proses pengajuan paspor yang memerlukan kesabaran dan strategi, terutama jika dilakukan menjelang libur panjang. Membeli tiket pesawat jauh hari sebelum keberangkatan juga krusial untuk menghindari kenaikan harga yang signifikan.

Selain itu, artikel menekankan pentingnya memilih tiket pesawat dan hotel yang fleksibel, dengan opsi reschedule dan refund, serta mempertimbangkan biaya tambahan untuk bagasi. Pemilihan hotel yang strategis, dekat dengan transportasi umum, dan memperhatikan ulasan dari tamu lain juga menjadi faktor penentu keberhasilan liburan. Persiapan matang adalah kunci untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan pengalaman liburan yang menyenangkan.

Baca Juga

Bagikan:

https://kepware.oice-automation.com/ https://shlink.upr.ac.id/ https://ppid.pemalangkab.go.id/ https://informatika.usk.ac.id/ https://dprd.bandungkab.go.id/ https://bphtb.kuningankab.go.id/ https://pmb.akamigaspalembang.ac.id/ https://lppm.upr.ac.id/ https://cas.usk.ac.id/ https://ppidrsud.pemalangkab.go.id/