Pembalap Red Bull KTM Tech3, Enea Bastianini, baru-baru ini membuka diri dalam sebuah perbincangan di podcast ‘Mig Babol’ bersama rekan pembalapnya, Andrea Migno. Dalam kesempatan tersebut, pembalap asal Italia ini secara blak-blakan mengupas tuntas perjalanan karier dan situasinya saat ini bersama pabrikan asal Austria, KTM.
Bastianini juga tak luput mengenang momen krusial saat ia harus meninggalkan tim pabrikan Ducati, sebuah keputusan yang tak terhindarkan menyusul kedatangan sensasional Marc Marquez musim lalu.
Mengubah haluan dari motor Italia yang telah ia tunggangi sejak debut di kelas utama, adaptasi dengan motor KTM terbukti bukan perkara mudah bagi Bastianini. Tantangan semakin bertambah karena kepindahannya ini bertepatan dengan salah satu periode finansial paling sulit yang dialami oleh pabrikan oranye tersebut.
Secara gamblang, Bastianini merangkum awal tahun ini dengan satu kata: “buruk.” Meskipun demikian, ia menjelaskan lebih lanjut makna di balik ungkapan singkat tersebut.
“Petualangan ini bisa dibilang tidak dimulai dengan cara terbaik karena KTM, secara finansial, sedang tidak berjalan dengan baik,” ungkap Bastianini, sebagaimana dilansir BolaSport.com dari MotoSan.
Ia menambahkan, “Kami memulainya seperti itu selama dua atau tiga bulan pertama tahun 2025. Jujur saja, kami bahkan tidak tahu apakah kami akan sampai di Thailand, apalagi apa yang akan terjadi selanjutnya.”
“Namun, saya selalu cukup termotivasi. Oleh karena itu, saya mempersiapkan diri sebaik mungkin, meskipun kami juga merasakan adanya masalah di dalam tim,” akunya, menunjukkan ketangguhannya.
Meskipun demikian, Bastianini sangat mengapresiasi dan menghargai dedikasi serta sikap positif yang ditunjukkan oleh seluruh tim.
“Seluruh tim telah bekerja dengan sangat baik sejak awal, semua orang tetap fokus, dan tidak ada seorang pun yang mengendurkan semangat dari awal hingga hari ini,” papar Bastianini.
“Kemudian ada angin segar, meskipun kami menyadarinya secara tidak sadar. Begitulah adanya,” ujarnya. “Namun balapan terakhir di MotoGP Ceko, yang digelar di Sirkuit Brno, jauh lebih baik. Harus saya katakan, kami mulai kembali ke ritme permainan; dan yang terpenting adalah bersenang-senang.”
Beralih topik ke masa lalunya, Bastianini juga mengungkapkan bahwa mengenakan seragam merah kebanggaan Ducati tidaklah semudah yang dibayangkan. Tahun pertamanya sebagai pembalap tim pabrikan justru diwarnai serangkaian cedera yang menghambat performanya.
Meskipun Ducati memutuskan untuk mempertahankannya selama satu tahun lagi, sayangnya, kolaborasi mereka akhirnya berakhir pada musim 2024.
“Tahun 2023, bisa dibilang, seharusnya menjadi tahun saya karena saya telah bergabung dengan tim resmi, dengan motor resmi dan segalanya,” kenang Bastianini.
Motornya Bukan yang di MotoGP, Bagnaia Ungguli Marquez di Sirkuit Kesukaan Alien
“Saya berkata, ‘Ayo, kita coba tahun ini untuk memperebutkan gelar.’ Namun, pada balapan pertama, semuanya berakhir,” kisahnya pilu.
“Tahun itu sangat sulit,” lanjutnya. “Bahu saya patah di balapan pertama. Saya lalu kembali balapan, tetapi saya tidak dalam kondisi terbaik, bahkan tidak mencapai 70 persen kekuatan.”
“Saya berhasil menyelesaikan beberapa putaran, lalu saya kehilangan tenaga. Kemudian insiden di Barcelona datang dan saya cedera lagi.”
“Tetapi yang terjadi adalah saya harus berhenti total karena saya jelas-jelas mengalami patah kaki dan tangan,” jelasnya.
Kondisi ini, ironisnya, juga memungkinkan Bastianini untuk memulihkan cedera bahu sebelumnya dengan lebih baik.
“Meskipun saya tidak 100 persen fit, saya tiba di Malaysia, saya berhasil memenangkan balapan, dan itu adalah momen yang sangat melegakan,” aku Bastianini dengan nada lega.
Performa positif Bastianini mampu ia pertahankan hingga awal musim 2024, namun sayangnya, hal itu terbukti belum cukup untuk mengamankan posisinya di tim pabrikan.
“Harapan saya untuk bertahan di Ducati pupus di Le Mans karena sayangnya saya kehabisan bahan bakar saat kualifikasi,” ujar Bastianini, mengenang momen pahit tersebut.
“Saya mengenakan helm merah kebanggaan Ducati dan seharusnya bisa start dari barisan depan. Sebaliknya, saya harus start dari belakang meskipun kecepatan saya sebenarnya sangat bagus dan seharusnya bisa berjuang untuk meraih kemenangan,” paparnya.
“Itu adalah balapan yang sangat menentukan bagi keputusan Ducati, dan kemudian datanglah keputusan dari Gigi Dall’Igna untuk memilih Marc Marquez,” jelas pembalap yang kini membela KTM ini.
“Tentu saja, hanya sedikit yang menduganya karena Jorge Martin sedang menjalani musim yang luar biasa dan selalu unggul dalam poin,” tambahnya, merujuk pada rivalitas internal Ducati saat itu.
“Mungkin terdengar aneh bagi Gigi Dall’Igna saat itu, dan tentu saja hari ini Anda tidak bisa berkata apa-apa kepadanya karena Marc Marquez sedang dalam performa yang sangat gemilang,” akunya jujur.
“Namun bagi saya, secara pribadi, tidak ada yang berubah darinya. Hubungan kami berjalan lancar tanpa masalah berarti, dan kami berhasil menyelesaikan musim itu dengan sebaik mungkin,” tutup Bastianini, menunjukkan sikap profesionalnya.
Jadwal MotoGP Bulan Agustus – Masihkan Marc Marquez dan Ducati Berkuasa di Sirkuit Debutan?
Ringkasan
Pembalap Enea Bastianini mengungkapkan kesulitan adaptasinya dengan motor KTM Tech3 setelah meninggalkan tim pabrikan Ducati. Awal tahun ini ia bahkan menggambarkan situasinya “buruk” karena masalah finansial yang dialami KTM. Meskipun demikian, Bastianini menghargai dedikasi tim dan merasakan perbaikan performa signifikan, terutama setelah balapan di MotoGP Ceko, di mana ia mulai kembali menemukan ritme dan kesenangan dalam balapan.
Bastianini juga menceritakan masa sulitnya di Ducati pada 2023, yang ditandai serangkaian cedera parah. Harapannya untuk bertahan di tim pabrikan pupus setelah insiden kualifikasi di Le Mans yang sangat menentukan. Keputusan Ducati untuk menggantikannya dengan Marc Marquez, yang mengejutkan banyak pihak, akhirnya menjadi kenyataan, namun Bastianini menegaskan hubungannya dengan tim tetap profesional.