Rancak Media – Tottenham Hotspur kini bersiap memasuki era baru di bawah arahan pelatih Thomas Frank. Setelah kepergian ikon klub, Son Heung-min, yang memainkan laga terakhirnya dalam uji coba kontra Newcastle United, klub asal London Utara itu bergerak cepat membenahi jantung tim, terutama sektor lini tengah. Di tengah pencarian itu, nama mengejutkan muncul ke permukaan: Conor Gallagher, mantan gelandang Chelsea.
Menurut laporan Football Insider, Spurs saat ini tengah mempertimbangkan serius untuk merekrut Gallagher dari Atletico Madrid. Meskipun sang pemain pernah menjadi bagian dari rival sekota mereka, Chelsea, Gallagher dinilai memiliki karakter permainan yang sangat cocok dengan filosofi Thomas Frank yang menekankan energi dan intensitas di lini tengah.
Ujicoba Pramusim Tottenham Hotspur Kontra Newcastle Berakhir 1-1, Laga Pamitan Emosional Buat Son Heung-min
Namun, upaya untuk mendatangkan Gallagher dari Atletico Madrid bukanlah tugas yang sederhana. Pasalnya, klub yang kini menaungi Gallagher itu dikabarkan enggan melepas gelandang penting mereka, terlebih setelah kepergian Rodrigo De Paul ke Inter Miami. Angka yang fantastis, bahkan harga transfer Gallagher diproyeksikan melambung hingga lebih dari 50 juta Poundsterling, atau setara dengan Rp 1,05 triliun.
Kebutuhan akan perbaikan skuad Spurs sangat mendesak. Musim lalu, Tottenham Hotspur tampil mengecewakan, finis di posisi ke-17 Premier League dengan catatan pertahanan yang sangat rapuh—kebobolan 65 gol, menjadi tim kelima terburuk. Pelatih Thomas Frank memahami betul akar masalahnya: solusi tidak hanya terbatas pada lini belakang, melainkan juga terletak pada lini tengah yang kurang solid, terutama dalam transisi bertahan.
Dalam konteks inilah Conor Gallagher muncul sebagai sosok yang dianggap ideal. Gelandang timnas Inggris ini terkenal sebagai gelandang box-to-box, dengan etos kerja tanpa bola yang luar biasa, aktif dalam melakukan tekanan, serta rajin menyisir kotak penalti lawan. Karakteristik inilah yang membuatnya menonjol, baik saat berseragam Chelsea maupun selama masa peminjaman di Crystal Palace dan West Brom.
Seperti yang disoroti laporan Football Insider, “Energi dan determinasi Gallagher bisa menjadi pembeda di lini tengah Spurs,” menunjukkan bahwa Tottenham saat ini membutuhkan pemain yang tak hanya memiliki kemampuan teknis, tetapi juga siap berjuang dalam setiap duel.
Fleksibilitas Gallagher tak hanya terbatas pada peran defensif; ia juga menawarkan solusi vital di lini serang. Cedera lutut serius yang menimpa James Maddison saat laga kontra Newcastle United telah menciptakan kekosongan signifikan di posisi gelandang serang skuad Spurs. Dengan fleksibilitasnya sebagai gelandang nomor delapan atau bahkan sepuluh, Gallagher bisa menjadi opsi yang sangat berguna bagi Tottenham.
Jika transfer ini terwujud, potensi kombinasi Conor Gallagher dengan Joao Palhinha bisa menjadi mimpi yang terwujud. Palhinha sendiri dikabarkan sudah sangat dekat untuk merapat ke Tottenham dengan status pinjaman dari Bayern Munchen. Sebagai gelandang bertahan murni, Palhinha akan memberikan keseimbangan fundamental dan perlindungan ekstra bagi barisan pertahanan Spurs.
Duet Gallagher dan Palhinha berpotensi mengubah drastis karakter lini tengah Spurs. Dari yang sebelumnya mudah ditembus, lini tengah Tottenham bisa bertransformasi menjadi lebih agresif, tangguh, dan sulit dilewati lawan. Strategi ini sejalan dengan visi Thomas Frank yang menginginkan timnya tampil lebih fisikal dan proaktif dalam merebut kembali bola.
Menariknya, langkah Tottenham membidik Gallagher juga mengindikasikan arah pembangunan tim yang berorientasi jangka panjang. Meskipun Gallagher bukan nama yang familiar bagi para pendukung Spurs, bahkan mengingat masa lalunya bersama rival sekota Chelsea, kebutuhan mendesak akan pemain dengan etos kerja dan fleksibilitas seperti dirinya telah menempatkan pertimbangan emosional di urutan kedua.
Cedera ACL Parah, James Maddison Terancam Absen Semusim, Tottenham Hotspur Bidik Jack Grealish Sebagai Pengganti
Sementara itu, tantangan terbesar tetap berpusat pada negosiasi yang alot dengan Atletico Madrid. Klub asal Spanyol itu enggan melepas gelandang vital mereka di tengah bursa transfer musim panas, terutama mengingat beberapa nama penting, seperti De Paul, juga telah angkat kaki. Situasi ini menjadikan peluang transfer Gallagher sangat bergantung pada penawaran harga yang diajukan Spurs serta kemauan sang pemain untuk kembali merasakan atmosfer Premier League.
Secara keseluruhan, hasrat Thomas Frank untuk membawa Conor Gallagher ke Tottenham dengan jelas mencerminkan ambisi besar dan perubahan arah strategi klub pasca kepergian ikon Son Heung-min. Dengan kombinasi kekuatan baru di lini tengah dan pendekatan taktis yang lebih adaptif, Spurs bertekad bangkit dari keterpurukan musim sebelumnya.
Kini, semua mata tertuju pada apakah upaya besar ini akan membuahkan hasil nyata atau justru hanya akan berakhir sebagai spekulasi yang tak terwujud. Satu hal yang pasti, masa depan Tottenham Hotspur di bawah kendali Thomas Frank diperkirakan akan sangat berbeda—dan Conor Gallagher bisa menjadi katalisator penting dalam revolusi ini.
Ringkasan
Tottenham Hotspur di bawah Thomas Frank berupaya memperkuat lini tengah pasca kepergian Son Heung-min dan musim sebelumnya yang mengecewakan. Conor Gallagher dari Atletico Madrid menjadi target utama Spurs, dinilai cocok dengan filosofi Frank yang menekankan energi dan intensitas. Namun, mendatangkan Gallagher diproyeksikan sulit karena Atletico enggan melepasnya, bahkan dengan biaya lebih dari 50 juta Poundsterling.
Gallagher dianggap ideal karena etos kerja box-to-box serta kemampuan transisi bertahan dan menyerang, yang juga bisa mengisi kekosongan akibat cedera James Maddison. Potensi duetnya dengan Joao Palhinha, yang juga dekat merapat, diharapkan mentransformasi lini tengah Spurs menjadi lebih agresif dan tangguh. Langkah ini mencerminkan ambisi Thomas Frank untuk kebangkitan klub dari keterpurukan.