Persijap Jepara: Kisah Liga 3 ke Super League, Kebangkitan yang Inspiratif!

Nautonk

Ads

Perjalanan gemilang Persijap Jepara dari kancah Liga 3 hingga panggung megah Super League 2025/2026 bukanlah capaian instan. Di balik kebangkitan luar biasa ini, terdapat peran krusial manajemen yang tanpa lelah membangun fondasi kokoh klub, mencakup aspek teknis tim, infrastruktur penunjang, hingga merajut hubungan emosional yang erat dengan basis suporter setia mereka.

Manajer Persijap, Egat Sacawijaya, mengungkapkan bahwa tekanan besar yang kini dirasakan manajemen sama sekali tidak sebanding dengan semangat membara komunitas suporter Persijap. Ia secara tegas mengakui loyalitas dan kesolidan pendukung Laskar Kalinyamat, julukan Persijap. Egat mengenang, manajemen mengambil alih Persijap pada tahun 2019, saat klub kebanggaan Jepara ini masih berlaga di Liga 3 musim 2019/2020. Hanya dalam kurun waktu setahun, Persijap berhasil mengamankan promosi ke Liga 2 2020/2021. Namun, euforia itu harus tertunda ketika kompetisi kasta kedua sepak bola Indonesia terhenti akibat pandemi Covid-19.

Kini, menghadapi tantangan Super League 2025/2026, Persijap Jepara telah meluncurkan tim yang diperkuat 29 pemain terbaik. Klub memulai perjuangan kembali pada musim 2021/2022. Setelah empat tahun berjuang keras di Liga 2, penantian panjang itu pun berakhir; Persijap akhirnya berhasil meraih tiket promosi ke Super League 2025/2026. Ini menandai kembalinya tim berjuluk Laskar Kalinyamat ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia setelah hampir 11 tahun lamanya. Egat kembali menegaskan bahwa tekanan yang mereka rasakan sejak mengambil alih Persijap pada tahun 2019 justru menjadi motivasi besar, bukan beban. “Tanpa tekanan dan dukungan luar biasa dari teman-teman suporter, semangat kami mungkin tidak akan sebesar ini,” imbuhnya.

Ads

Dengan komposisi skuad saat ini, manajemen Persijap Jepara secara konsisten berupaya membangun kultur kekeluargaan yang kuat di dalam tubuh klub. Egat menekankan bahwa pendekatan emosional dan komunikasi yang transparan dengan para suporter telah menjadi nilai inti yang tak terpisahkan dan terus dijaga. “Kami ini bukan hanya manajemen dan pemain; kami adalah keluarga,” ujar Egat penuh haru. “Bahkan, audiensi rutin dengan suporter telah menjadi agenda penting kami. Kami membahas perkembangan tim dan mencari solusi bersama. Mereka sangat terbuka, dan hal itu menjadi kekuatan terbesar Persijap.”

Selain fokus pada komunikasi, infrastruktur juga menjadi prioritas utama Persijap. Kabar baiknya, Stadion Gelora Bumi Kartini, yang menjadi kandang kebanggaan Persijap Jepara, telah berhasil melewati proses verifikasi dan siap digunakan untuk menghelat pertandingan-pertandingan Super League 2025/2026. “Alhamdulillah, stadion sudah diverifikasi. Ini adalah bagian integral dari model pembangunan klub kami,” jelas Egat. “Dengan dukungan pemerintah pusat, stadion telah direnovasi menjadi jauh lebih layak, dan ini tentu saja memperkuat posisi kami di Super League.”

Menyambut gelaran Super League 2025/2026, manajemen Persijap juga berkomitmen untuk menjalin komunikasi intensif dengan suporter terkait aturan dan larangan barang yang tidak boleh dibawa ke stadion, seperti petasan jenis flare. Egat menegaskan bahwa tindakan tersebut dapat merugikan klub karena berpotensi dikenakan denda oleh operator I.League. Namun, ia yakin bahwa rasa cinta suporter tidak akan merugikan klub jika ada pemahaman dan komunikasi yang terjalin.

Egat menutup pembicaraannya dengan pesan optimisme, “Selama kita bisa menjalin komunikasi dan saling memahami, insya Allah semuanya akan berjalan positif. Kami sangat membutuhkan masukan dari mereka, karena semangat mereka adalah energi kami.”

Ringkasan

Perjalanan Persijap Jepara dari Liga 3 hingga mencapai Super League 2025/2026 merupakan sebuah kebangkitan inspiratif, menandai kembalinya mereka ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia setelah 11 tahun. Keberhasilan ini tidak instan, berkat peran krusial manajemen yang mengambil alih klub pada tahun 2019 dan berhasil membawa tim promosi dari Liga 3 ke Liga 2 dalam setahun, sebelum akhirnya meraih tiket Super League setelah empat tahun berjuang di kasta kedua. Manajer Egat Sacawijaya menegaskan bahwa tekanan yang dirasakan justru menjadi motivasi besar, didukung penuh oleh loyalitas dan kesolidan para suporter.

Dalam menghadapi tantangan Super League, Persijap Jepara fokus membangun kultur kekeluargaan yang kuat di klub serta menjaga komunikasi transparan dengan suporter, yang dianggap sebagai kekuatan terbesar mereka. Infrastruktur juga menjadi prioritas, dengan Stadion Gelora Bumi Kartini telah diverifikasi dan siap digunakan setelah renovasi. Manajemen berkomitmen untuk terus menjalin komunikasi intensif dengan suporter mengenai aturan pertandingan, memastikan semangat positif terjaga demi kemajuan klub.

Ads

Baca Juga