Chivu Gantikan Inzaghi? 4 Kejadian Ini Bisa Menimpa Inter Milan!

Ade Banteng

Rancak Media – Berikut 4 hal yang akan terjadi jika Christian Chivu didapuk menjadi pelatih Inter Milan menggantikan Simone Inzaghi, sebuah potensi besar untuk menorehkan sejarah baru bagi Nerazzurri.

Inter Milan, sang runner-up Liga Italia Serie A, kini dihadapkan pada babak baru setelah resmi berpisah dengan pelatih Simone Inzaghi. Allenatore yang telah menyumbangkan enam gelar penting bagi Nerazzurri ini dianggap telah kehabisan energi untuk mengarungi musim kompetisi Eropa yang ketat dan penuh tantangan. Setelah kepergiannya, pencarian sosok pengganti menjadi prioritas utama manajemen klub.

Dalam beberapa hari terakhir, nama pelatih Como 1907, Cesc Fabregas, sempat mencuat sebagai kandidat kuat di kursi kepelatihan Inter Milan. Namun, harapan itu sirna ketika Presiden Como 1907 dan Fabregas sendiri secara tegas menolak tawaran untuk menukangi Inter. Penolakan ini sempat membuat manajemen Nerazzurri kelabakan, mengingat batas waktu pengumuman pelatih baru adalah 7 Juni 2025 sebagai persiapan menuju Piala Dunia Antarklub.

Setelah peluang Cesc Fabregas menipis, kini giliran nama pelatih Parma, Christian Chivu, yang mengemuka sebagai suksesor Simone Inzaghi. Kabar ini semakin diperkuat oleh konfirmasi jurnalis asal Italia, Gianluca Di Marzio, yang menyebutkan bahwa Christian Chivu akan menjadi pelatih Inter berikutnya. Bahkan, Inter Milan dikabarkan telah mendapatkan lampu hijau dari Parma untuk segera merampungkan kesepakatan final dengan Chivu dan membawanya pulang ke Appiano Gentile.

Pelatih asal Rumania ini dinilai sebagai pilihan ideal bagi Oaktree dan sejumlah petinggi Inter Milan untuk melanjutkan legasi Simone Inzaghi. Kapasitasnya terbukti matang setelah berhasil menukangi Parma di Liga Italia Serie A musim 2024/2025. Meskipun baru mengawali debutnya di level tertinggi, Christian Chivu sukses menyelamatkan Parma dari jurang degradasi. Ia bahkan sempat membantu Inter Milan meraih Scudetto musim ini dengan menahan imbang Napoli, meskipun Inter Milan gagal memaksimalkan kesempatan itu karena anak asuh Simone Inzaghi justru kalah di kandang sendiri saat menjamu Lazio.

Meski minim pengalaman dibanding Cesc Fabregas, Christian Chivu memiliki ikatan emosional yang jauh lebih dalam dengan Inter Milan. Sejak pensiun sebagai pemain Inter Milan, Nerazzurri-lah yang pertama kali membuka bakat kepelatihan Chivu di tim usia dini. Total tujuh tahun Christian Chivu menangani akademi Inter Milan di berbagai tingkatan usia, bahkan sukses membawa tim Primavera meraih Scudetto. Kedekatan ini, ditambah dengan pengalamannya bermain untuk Inter Milan sejak 2007—ia juga merupakan bagian dari skuad legendaris peraih treble winner 2010—membuatnya sangat mengenal seluk-beluk klub. Ikatan emosional ini menjadi keuntungan besar bagi manajemen, karena diharapkan tidak akan ada perubahan filosofi yang terlalu drastis dari apa yang telah dibangun Simone Inzaghi. Kontraknya bersama Parma memang menyisakan satu tahun lagi, tetapi kepulangan Christian Chivu ke Appiano Gentile diprediksi tidak akan sulit.

Berikut 4 hal yang akan terjadi jika Christian Chivu menukangi Inter Milan:

1. Legenda Pertama yang Melatih Inter Milan di Era Modern

Penunjukan Christian Chivu berpotensi menciptakan sejarah baru sebagai legenda pertama yang melatih Inter Milan di era modern. Sebelumnya, Nerazzurri cenderung dilatih oleh nama-nama asing yang tidak memiliki ikatan emosional khusus dengan klub, bahkan tak jarang menggunakan jasa pelatih yang merupakan legenda klub rival seperti Antonio Conte, Simone Inzaghi, Roberto Mancini, Frank de Boer, Leonardo, hingga Marco Tardelli. Sementara itu, legenda Inter Milan seperti Beppe Baressi, Gabriele Oriali, dan Riccardo Ferri memang pernah menghiasi bangku cadangan, namun bukan dalam status Pelatih Kepala.

Oleh karena itu, kehadiran Christian Chivu akan membawa warna baru dalam dinamika Inter Milan di bawah kepemilikan Oaktree. Chivu, yang bermain untuk Inter Milan dari tahun 2007 hingga 2014, adalah bagian integral dari skuad peraih treble tahun 2010. Belum ada legenda treble winner yang menjadi pelatih kepala Inter Milan sebelumnya, menjadikan Christian Chivu yang pertama. Meskipun demikian, kali terakhir Nerazzurri dilatih oleh legenda klub sendiri adalah sekitar 30 tahun lalu. Chivu memang bukan legenda pertama yang kembali ke Inter Milan sebagai pelatih; mendiang Luis Suarez sudah lebih dulu melakukannya pada musim 1974-1975, serta pada tahun 1992 dan 1995.

Luis Suarez adalah sosok legenda yang sangat dihormati dalam sejarah Nerazzurri, sebagai bagian dari tim “La Grande Inter” yang menyapu tiga gelar Scudetto, dua Piala Champions, dan dua trofi Interkontinental. Namun, kegemilangannya sebagai pemain tidak menular ketika ia beralih profesi menjadi pelatih; Luis Suarez tidak memenangkan apa pun untuk tim biru-hitam saat menukangi mereka. Dengan riwayat ini, muncul pertanyaan: akankah Christian Chivu ‘terinfeksi’ sindrom legenda ini, atau mampukah ia mendobrak sejarah baru dengan membawa Inter Milan meraih prestasi gemilang?

2. Tetap Jalankan Filosofi 3-5-2

Christian Chivu mengantongi lisensi kepelatihan UEFA Pro dan secara pribadi lebih cenderung menerapkan formasi 4-3-3 modern. Namun, pria asal Rumania ini tidak alergi dengan taktik 3-5-2 yang telah menjadi ciri khas Inter Milan. Faktanya, Christian Chivu sudah terbiasa dengan taktik tersebut saat menukangi tim Primavera Inter Milan. Bahkan, saat memimpin Parma, Chivu tampak berani memainkan formasi 3-5-2 dalam delapan pertandingan terakhir, sebuah pilihan taktik yang terbukti jitu dan berhasil menyelamatkan Parma dari ancaman degradasi.

Jika Chivu benar-benar menangani Inter Milan, diprediksi ia tidak akan mengubah filosofi taktik yang telah dibawa Simone Inzaghi ke dalam tim ini. Mayoritas karakter pemain Inter Milan saat ini juga sangat dikenal oleh Chivu, karena mereka berbagi lapangan latihan saat ia masih menukangi tim Primavera. Fakta ini juga mengindikasikan bahwa Chivu setidaknya telah mengantongi pelajaran berharga dari filosofi Simone Inzaghi. Apalagi, sebagai seorang legenda klub yang pernah merasakan berbagai momen pahit dan manis bersama Inter Milan, pengalamannya sebagai pemain akan membuatnya dapat memahami dinamika tim dari perspektif yang sama dengan skuad peninggalan Simone Inzaghi. Bagi Inter Milan, kehadiran Christian Chivu akan sangat menguntungkan karena klub tidak perlu merombak tim secara menyeluruh; manajemen hanya perlu menyediakan tambahan kebutuhan untuk melengkapi skuad musim depan.

3. Memaksimalkan Pemain Muda dan Akademi

Jika pilihan jatuh kepada Christian Chivu, maka ini menjadi angin segar bagi para pemain muda Inter Milan, sebut saja Kristjan Asllani, Thomas Palacios, Yann Bisseck, dan Sebastiano Esposito. Bukan tidak mungkin Chivu akan memaksimalkan peran para pemain muda bertalenta ini untuk menjadi tumpuan tim utama. Masa para pemain tua yang ada di skuad Nerazzurri saat ini mungkin telah berakhir pasca-kekalahan telak di final Liga Champions, sehingga dibutuhkan energi dan ambisi baru dari pemain muda untuk menatap kompetisi panjang.

Selain nama-nama di atas, Chivu juga diyakini akan memanggil pulang para pemain jebolan akademi Inter Milan yang sedang dipinjamkan ke klub lain. Francisco Pio Esposito, yang menjalani musim apik selama masa peminjaman di Spezia, kemungkinan besar akan menjadi bagian penting dalam tim Chivu musim depan. Pio Esposito bisa dimaksimalkan untuk mengisi peran yang mungkin ditinggalkan Marko Arnautovic maupun Mehdi Taremi, atau menjadi tambahan bagus sebagai pelapis Lautaro Martinez dan Marcus Thuram. Ini juga menjawab kerinduan Inter Milan akan penyerang berdarah Italia yang tampil unjuk gigi dengan seragam Nerazzurri.

Di lini tengah, Aleksandar Stankovic, putra legenda Dejan Stankovic, besar kemungkinan akan dipanggil pulang untuk mengisi tim utama Inter Milan. Pertumbuhannya di Liga Swiss dinilai sudah cukup matang sehingga layak untuk memulai debut di Serie A. Meskipun Inter Milan telah memiliki Petar Sucic dan Kristjan Asllani, Chivu diperkirakan akan memaksimalkan Aleksandar Stankovic sebagai suksesor Hakan Calhanoglu. Stankovic telah memahami karakter dan insting dari Chivu, sehingga akan sangat cocok mengemban peran sebagai regista di tim inti. Kombinasi keduanya telah berhasil menghasilkan trofi Scudetto Primavera untuk Nerazzurri dua musim lalu, dan kini saatnya Aleksandar Stankovic dan Chivu melanjutkan pencapaian tersebut di level tertinggi untuk tim utama Inter Milan.

4. Minim Sorotan dan Tekanan Media

Jika Christian Chivu mengambil alih kepelatihan Inter Milan, maka Nerazzurri kemungkinan besar akan minim sorotan media. Minimnya pengalaman Chivu sebagai pelatih kepala di level tertinggi memungkinkan timnya jauh dari gemuruh sorotan maupun tekanan media yang intens. Meskipun berstatus finalis Liga Champions dan runner-up Liga Italia Serie A, kehilangan Simone Inzaghi telah menempatkan Inter Milan sebagai tim yang mungkin tidak terlalu diunggulkan di berbagai kompetisi musim depan.

Mendapat banyak keraguan justru dapat menjadi sisi positif yang bagus bagi Christian Chivu, memberinya ruang untuk fokus mengembalikan mentalitas para pemain Inter Milan tanpa beban ekspektasi berlebihan. Sebagai seorang legenda klub, Chivu juga memiliki kapasitas untuk menyuntikkan energi positif di tengah keterpurukan setelah kekalahan menyakitkan di Final Liga Champions, membangun kembali semangat tim dari dalam, jauh dari ingar-bingar media.

Berita tentang Liga Italia

TribunKaltara.com/Cornel Dimas Satrio K

Ringkasan

Inter Milan sedang dalam proses mencari pelatih baru setelah berpisah dengan Simone Inzaghi. Christian Chivu, yang sukses menukangi Parma dan memiliki ikatan emosional mendalam dengan Inter sebagai mantan pemain serta pelatih akademi, kini menjadi kandidat kuat untuk posisi tersebut.

Penunjukan Chivu berpotensi menjadikannya legenda klub pertama yang melatih Inter di era modern. Ia diperkirakan akan melanjutkan filosofi taktik 3-5-2, memaksimalkan penggunaan pemain muda dan jebolan akademi, serta membawa tim ke lingkungan minim sorotan media yang dapat membantu membangun kembali mentalitas skuad.

Baca Juga

Bagikan:

Tags