Rancak Media – Jakarta – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkominfo), Meutya Hafid, menekankan pentingnya keberimbangan antara platform over-the-top (OTT) asing dan industri penyiaran nasional. Dominasi OTT asing, menurutnya, tidak boleh sampai mematikan industri penyiaran lokal.
Hal ini disampaikan Meutya saat menerima kunjungan Presiden dan Managing Director Motion Picture Association (MPA) untuk Asia Pasifik, Urmila Venugopalan, di Kantor Kominfo, Jakarta, Kamis (12/6/2025). Dalam pertemuan tersebut, Meutya secara khusus meminta platform OTT untuk lebih proaktif dalam mendukung produksi konten lokal dan berkontribusi dalam pembiayaan ekosistem penyiaran di Indonesia. “Kami ingin Anda memberdayakan industri penyiaran,” tegasnya dalam keterangan tertulis yang diterima pada Sabtu (14/6/2025).
Meutya menyadari bahwa industri penyiaran masih memegang peranan krusial dalam menjangkau masyarakat di berbagai pelosok negeri, terutama wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh koneksi internet. Di sisi lain, industri ini menghadapi tantangan berat, mulai dari investasi besar hingga biaya operasional yang tinggi, sementara tren konsumsi masyarakat semakin bergeser ke konten digital melalui platform OTT.
Oleh karena itu, politisi dari Partai Golkar ini menggarisbawahi perlunya kesetaraan antara industri penyiaran dan platform OTT. “Prinsip dasarnya adalah harus ada level playing field, kondisi yang setara, antara industri penyiaran dengan platform OTT,” jelas Meutya.
Meutya mengapresiasi beberapa platform OTT yang telah mulai mengintegrasikan konten lokal ke dalam layanan mereka. Namun, ia menekankan bahwa keberpihakan terhadap penyiaran nasional harus menjadi bagian integral dari strategi kolaborasi di masa depan. “Anda mengatakan bagaimana Anda ingin melibatkan dan memberdayakan produksi lokal juga, itu sangat bagus, kami menyukai ide itu. Pada saat yang sama, kami juga perlu membuat industri penyiaran kami bertahan,” imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, Mila Venugopalan menawarkan untuk berbagi praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan di berbagai negara. Ia mencontohkan Australia, di mana penyiar lokal lebih fokus pada deregulasi dan efisiensi, daripada membebani platform OTT.
“Termasuk film dan acara televisi yang diproduksi di negara Anda, yang dikonsumsi oleh lebih dari 200 juta pengguna internet di Indonesia, merupakan populasi internet terbesar keempat di dunia,” ungkap Mila. Ia menambahkan bahwa MPA memiliki komitmen kuat untuk berinvestasi dalam pengembangan bakat lokal dan cerita-cerita Indonesia. Selain itu, MPA juga memberikan apresiasi kepada pemerintah atas langkah-langkah dalam memblokir situs-situs pembajakan, sebagai wujud perlindungan terhadap konten digital yang berkembang pesat di era internet ini.
“Kami sangat menghargai kolaborasi yang terus dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital dalam membantu mempromosikan dan melindungi konten digital,” pungkas Mila.
Pilihan Editor: Jika Buzzer Jadi Staf Khusus Menteri Komunikasi
Ringkasan
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menekankan pentingnya keseimbangan antara platform OTT asing dan industri penyiaran nasional. Ia meminta platform OTT untuk lebih proaktif dalam mendukung produksi konten lokal dan berkontribusi pada pembiayaan ekosistem penyiaran di Indonesia, mengingat peran krusial industri penyiaran dalam menjangkau masyarakat di seluruh pelosok negeri.
Meutya menggarisbawahi perlunya kesetaraan antara industri penyiaran dan platform OTT, serta mengapresiasi platform yang telah mengintegrasikan konten lokal. Sementara itu, Presiden MPA Asia Pasifik, Urmila Venugopalan, menawarkan untuk berbagi praktik terbaik dan menegaskan komitmen MPA dalam berinvestasi pada pengembangan bakat lokal dan cerita-cerita Indonesia.