Aritmia Mengintai: Olahraga Berlebihan, Sehatkah untuk Jantung?

Nautonk

Advertisement

Olahraga diakui sebagai salah satu pilar utama untuk menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh, termasuk vitalitas jantung. Namun, di balik manfaatnya, muncul sebuah pertanyaan penting: benarkah olahraga yang berlebihan justru dapat memicu kondisi serius seperti aritmia, yaitu irama jantung yang berdetak secara tidak teratur, kadang terlalu lambat atau terlalu cepat?

Mari kita selami lebih dalam fakta-fakta terkait hubungan antara intensitas olahraga dan risiko aritmia jantung dalam ulasan berikut.

1. Mengenal Aritmia Jantung

Advertisement

Aritmia jantung adalah suatu kondisi di mana irama detak jantung menyimpang dari normalnya. Jantung yang sehat seharusnya berdetak dengan ritme yang teratur dan terkoordinasi. Namun, pada penderita aritmia, jantung bisa berdetak terlalu lambat, terlalu cepat, atau bahkan tidak beraturan.

Meskipun pada beberapa kasus aritmia tidak menunjukkan gejala yang jelas, banyak orang yang mengalaminya merasakan jantung berdebar kencang atau sensasi tidak nyaman pada dada. Secara umum, gejala aritmia meliputi:

  • Jantung berdebar kencang dan perasaan berdebar-debar

  • Detak jantung yang terlalu cepat atau justru terlalu lambat

  • Nyeri dada

  • Sesak napas

  • Pingsan atau sensasi hampir pingsan

  • Pusing atau kepala terasa ringan

  • Kelemahan atau kelelahan ekstrem

  • Berkeringat berlebihan

  • Kecemasan.

Berdasarkan kecepatan denyut jantung, aritmia dikelompokkan menjadi dua jenis utama, yaitu takikardia dan brakikardia:

  • Takikardia: Kondisi ketika denyut jantung berdetak terlalu cepat, melebihi 100 denyut per menit. Jenis aritmia ini mencakup fibrilasi atrium, flutter atrium, takikardia supraventrikular, fibrilasi ventrikel, dan takikardia ventrikel.

  • Brakikardia: Kebalikan dari takikardia, kondisi ini terjadi ketika denyut jantung melambat, di bawah 60 denyut per menit. Brakikardia meliputi sindrom sinus sakit dan blok konduksi.

Aritmia terjadi karena gangguan pada sinyal listrik yang mengendalikan detak jantung. Ketika sinyal ini tidak berfungsi optimal, jantung akan berdetak secara tidak normal. Kondisi ini seringkali dipicu oleh kerusakan atau masalah pada arteri, katup, atau otot jantung itu sendiri.

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan potensi seseorang mengalami aritmia antara lain:

  • Penggunaan produk tembakau

  • Konsumsi minuman beralkohol

  • Konsumsi minuman berkafein

  • Penggunaan stimulan seperti obat flu atau suplemen herbal

  • Tekanan darah tinggi

  • Gula darah tinggi

  • Mengalami apnea tidur.

2. Benarkah Olahraga Berlebihan Memicu Aritmia?

Mengejutkan, namun faktanya memang benar bahwa olahraga yang berlebihan dapat menjadi pemicu aritmia. Sebuah studi pada tahun 2010 dengan judul “Cardiac Arrhytmias Triggered by Sudden and Dynamic Efforts” mengungkapkan bahwa aritmia bisa timbul baik dari olahraga yang dilakukan secara mendadak dan singkat, maupun yang progresif dan maksimal.

Penelitian tersebut melibatkan 2329 subjek yang menjalani dua jenis tes latihan: tes latihan 4 detik (4sET) dan tes latihan kardiopulmoner maksimal (CPET) hingga mencapai kelelahan. Hasil studi secara jelas menunjukkan bahwa aritmia dapat terjadi pada kedua skenario latihan tersebut. Pada latihan 4sET, jenis aritmia supraventrikular mendominasi, dilaporkan pada sekitar 51 persen kasus. Sementara itu, pada CPET, takikardia (baik supraventrikular maupun ventrikel) lebih sering ditemukan. Uniknya, aritmia dilaporkan lebih sering terjadi pada sesi olahraga yang progresif dan maksimal (CPET) dibandingkan dengan latihan singkat (4sET).

Studi ini juga menyimpulkan bahwa perbedaan situasi latihan dapat menghasilkan jenis aritmia yang berbeda. Dilansir dari laman Atrial Fibrillation Centers of America, olahraga dengan intensitas tinggi dapat menimbulkan stres pada otot jantung. Stres ini berpotensi menyebabkan kelainan ritme jantung dan bahkan menebalkan dinding jantung.

Ketika seseorang berolahraga secara intens, jantung bekerja ekstra keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, memastikan pasokan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan otot yang meningkat. Namun, jika intensitas ini menjadi berlebihan, jantung dapat mengalami beban yang terlalu berat. Dalam kasus yang parah, kondisi ini dapat memicu perubahan struktural pada jantung, seperti peregangan ruang jantung, yang pada akhirnya sangat berpotensi menyebabkan aritmia.

3. Batas Olahraga Sehat untuk Mencegah Aritmia

Tidak ada ambang batas tunggal yang “sehat” untuk aktivitas fisik yang dapat mencegah aritmia, karena batas optimal setiap individu sangat bervariasi. Faktor-faktor seperti usia, tingkat kebugaran, genetika, dan jenis kelamin memainkan peran penting dalam menentukan seberapa banyak olahraga yang ideal. Namun, ada sinyal penting dari tubuh yang patut diperhatikan: jika olahraga menyebabkan rasa sakit, nyeri otot yang tak kunjung hilang, cedera berulang, atau kelelahan ekstrem, ini bisa menjadi indikasi bahwa Anda telah melakukan olahraga berlebihan.

Untuk panduan umum, American Heart Association, seperti dikutip oleh laman Cleveland Clinic, merekomendasikan setidaknya 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang per minggu bagi masyarakat umum. Contoh aktivitas ini meliputi jalan kaki, jogging, atau berenang. Intensitas ini dianggap cukup untuk menjaga tubuh tetap bugar dan jantung tetap sehat. Namun, bagi Anda yang memiliki riwayat penyakit jantung atau faktor risiko lain, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai program latihan apa pun.

Meskipun aktivitas fisik yang teratur sangat krusial, penting untuk memahami bahwa melakukan lebih banyak belum tentu berarti lebih baik atau memberikan manfaat kesehatan yang lebih besar. Oleh karena itu, dengarkanlah isyarat dari tubuh Anda selama berolahraga. Jika merasa terlalu keras, mungkin saatnya untuk mengakhiri sesi latihan guna mencegah aritmia.

Pada akhirnya, olahraga adalah sarana yang luar biasa untuk menjaga kebugaran dan kesehatan jantung. Namun, keseimbangan adalah kuncinya. Olahraga yang berlebihan justru dapat memicu masalah jantung. Jadi, selalu utamakan moderasi dalam setiap aktivitas fisik yang Anda lakukan demi kesehatan jangka panjang.

Referensi

“Arrhythmia: Symptoms & Treatment”. Cleveland Clinic. Diakses Juli 2025.

“Heart arrhythmia – Symptoms and causes”. Mayo Clinic. Diakses Juli 2025.

“Heart Risks Associated With Extreme Exercise”. Cleveland Clinic. Diakses Juli 2025

Furtado EC, Araújo CG. Cardiac arrhythmias triggered by sudden and dynamic efforts. Ann Noninvasive Electrocardiol. 2010 Apr;15(2):151-6.

“How Can ‘Too Much Exercise’ Damage Your Heart and Your Body”. Atrial Fibrilation Centers of America. Diakses Juli 2025.

“Too much exercise might harm your heart”. ABC. Diakses Juli 2025.

“A MET a Day Keeps Arrhythmia at Bay: The Association Between Exercise or Cardiorespiratory Fitness and Atrial Fibrillation “. Mayo Clinic Proceedings. Diakses Juli 2025

Olahraga saat Cuaca Terik? Ini Dampaknya pada Tubuhmu

Apa Itu Rest Day? Ini 3 Alasan Kamu Butuh Waktu Jeda Olahraga

Ringkasan

Aritmia jantung adalah kondisi di mana detak jantung berirama tidak teratur, baik terlalu cepat (takikardia) atau terlalu lambat (brakikardia), disebabkan oleh gangguan sinyal listrik pada jantung. Meskipun olahraga penting untuk kesehatan jantung, penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik berlebihan justru dapat memicu aritmia. Studi mengindikasikan aritmia dapat terjadi pada latihan singkat maupun maksimal, di mana intensitas tinggi memberikan stres berlebih pada otot jantung yang berpotensi menyebabkan kelainan ritme atau perubahan struktural jantung.

Tidak ada ambang batas tunggal untuk olahraga yang sehat karena bervariasi per individu, namun tanda seperti nyeri atau kelelahan ekstrem dapat mengindikasikan kelebihan. American Heart Association merekomendasikan setidaknya 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang per minggu untuk kesehatan jantung umum. Penting untuk mendengarkan tubuh dan menjaga moderasi dalam berolahraga, karena melakukan lebih banyak tidak selalu berarti lebih baik dan keseimbangan adalah kunci untuk mencegah aritmia.

Advertisement

Baca Juga

Tags