HMSP Cetak Laba Rp 2,12 Triliun! Ini Rekomendasi Sahamnya!

Nautonk

Advertisement

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) menghadapi paruh pertama tahun 2025 dengan kinerja yang kurang memuaskan, tercermin dari penurunan signifikan baik pada laba bersih maupun penjualan. Laporan keuangan menunjukkan bahwa hingga periode enam bulan pertama tahun 2025, HMSP membukukan penjualan bersih senilai Rp 55,17 triliun. Angka ini menandai penurunan sebesar 4,56% secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan dengan posisi Rp 57,81 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan juga terjadi pada laba bersih HMSP, yang anjlok 35,82% menjadi Rp 2,12 triliun pada semester I-2025, dari sebelumnya Rp 3,31 triliun pada paruh pertama tahun lalu. Presiden Direktur Sampoerna, Ivan Cahyadi, menjelaskan bahwa penurunan laba bersih ini disebabkan oleh pencatatan beban pajak satu kali pada kuartal II-2025. Beban pajak tersebut terkait dengan beberapa tahun fiskal sebelumnya, sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Tanpa memasukkan beban pajak insidental ini, laba bersih HMSP pada Semester I-2025 sebetulnya relatif stabil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan hal ini tidak memengaruhi kinerja operasional Perseroan.

Meski menghadapi tantangan keuangan, HMSP berhasil meningkatkan pangsa pasar sebesar 0,8 poin, mencapai 31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, peningkatan pangsa pasar ini diiringi dengan penurunan volume penjualan sebesar 1,5% menjadi 39,3 miliar batang. Penurunan volume penjualan ini sebagian besar diakibatkan oleh tren downtrading, yaitu pergeseran konsumen dari produk tembakau premium ke produk yang lebih terjangkau. Ivan Cahyadi menyatakan kebanggaannya atas kemampuan Sampoerna dalam meningkatkan pangsa pasar dan mempertahankan posisi kepemimpinan di industri tembakau nasional. Dalam konteks ini, Sampoerna juga menyoroti peredaran rokok ilegal yang menjadi perhatian.

Advertisement

Manajemen HMSP juga menyampaikan apresiasi terhadap komitmen pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif, terutama melalui kebijakan untuk tidak menaikkan tarif cukai pada tahun 2025. Ivan Cahyadi berharap pemerintah dapat melanjutkan kebijakan ini. Hal ini dinilai krusial untuk mendukung tujuan pertumbuhan ekonomi nasional, menjaga penyerapan tenaga kerja, mempertahankan penerimaan negara, serta memastikan kelangsungan usaha bagi para pelaku industri, sekaligus membantu menekan peredaran produk ilegal.

Menanggapi kinerja HMSP, analis dari Korea Investment & Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, mengungkapkan bahwa capaian pendapatan dan laba bersih Perseroan pada semester I-2025 masih jauh di bawah ekspektasi. Masing-masing hanya mencapai 47,9% dan 44% dari target tahunan. Meskipun demikian, Wafi melihat potensi besar pada penjualan produk heated tobacco units (HTU) sebagai pendorong kinerja HMSP di masa depan. Walaupun saat ini kontribusi HTU masih terbatas karena porsinya terhadap total pendapatan masih relatif kecil. Dari sisi harga saham, Wafi menambahkan bahwa ruang penurunan HMSP sudah terbatas, mengingat valuasinya tergolong murah dan katalis negatif yang minim.

Secara terpisah, Abdul Azis Setyo Wibowo, Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, turut menyoroti penurunan kinerja HMSP yang melebihi perkiraan pasar, dengan laba bersih yang merosot tajam hingga 35,82%. Azis memaparkan bahwa penjualan produk rokok konvensional hampir seluruhnya mengalami penurunan, sementara peningkatan yang signifikan justru terlihat pada produk smoke-free, termasuk HTU. Mengenai produk HTU, Azis berpendapat bahwa dibutuhkan proses yang panjang sebelum dapat menjadi penggerak utama kinerja HMSP, mengingat saat ini kontribusinya baru mencapai 2,5% dari total penjualan.

Melihat kondisi pasar dan prospek saham, para analis memberikan rekomendasi bervariasi. Abdul Azis Setyo Wibowo menuturkan bahwa secara teknikal, saham HMSP menunjukkan pola rebound, sehingga pihaknya merekomendasikan trading buy dengan target harga di kisaran Rp 555–Rp 580 dan level support di Rp 525–Rp 520. Sementara itu, Muhammad Wafi memproyeksikan harga saham HMSP berpotensi mencapai Rp 620 per saham, mengacu pada rata-rata historis price-to-earnings ratio (P/E) di level 17 kali.

Ringkasan

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) mencatat penurunan penjualan bersih 4,56% menjadi Rp 55,17 triliun dan laba bersih 35,82% menjadi Rp 2,12 triliun pada semester I-2025. Penurunan laba bersih ini disebabkan pencatatan beban pajak satu kali terkait tahun fiskal sebelumnya, yang seharusnya tidak memengaruhi kinerja operasional. Meskipun volume penjualan turun 1,5% menjadi 39,3 miliar batang akibat tren downtrading, HMSP berhasil meningkatkan pangsa pasar sebesar 0,8 poin menjadi 31%.

Manajemen HMSP mengapresiasi kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan tarif cukai pada tahun 2025, yang dianggap penting bagi kelangsungan industri. Analis menilai capaian laba dan pendapatan HMSP pada semester I-2025 di bawah ekspektasi, namun melihat potensi pada penjualan produk heated tobacco units (HTU) sebagai pendorong kinerja masa depan. Rekomendasi saham HMSP bervariasi, termasuk trading buy dengan target harga Rp 555-Rp 580, serta potensi mencapai Rp 620 per saham.

Advertisement

Baca Juga

Tags