Wall Street Hari Ini: S&P 500 Loyo, Nasdaq Pecah Rekor!

Nautonk

Advertisement

KONTAN.CO.ID. Wall Street ditutup dengan hasil beragam pada perdagangan Kamis (7/8). Indeks S&P 500 dan Dow Jones harus rela melemah, terbebani oleh anjloknya saham Eli Lilly setelah data uji klinis obat penurun berat badan terbarunya kurang memuaskan. Di sisi lain, Nasdaq justru berhasil mencetak rekor penutupan tertinggi, melanjutkan tren positifnya.

Mengutip Reuters, Nasdaq melesat 0,35% ke level 21.242,70. Sementara itu, S&P 500 terkoreksi tipis 0,08% ke 6.340,00 dan Dow Jones merosot lebih dalam sebesar 0,51% ke 43.968,64. Performa bursa saham diwarnai oleh sentimen beragam yang mempengaruhi kepercayaan investor.

Sepanjang tahun 2025, Nasdaq telah membukukan 17 rekor penutupan, menegaskan dominasinya di sektor teknologi. S&P 500 juga tak kalah impresif dengan 15 rekor penutupan. Lonjakan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi, meskipun tantangan tetap membayangi.

Advertisement

Menjelang penutupan sesi, muncul kabar bahwa Presiden AS Donald Trump mencalonkan Stephen Miran, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi, sebagai anggota Dewan Gubernur The Fed. Miran akan menggantikan Adriana Kugler dan masa jabatannya akan berlangsung hingga 31 Januari 2026.

Sebelumnya, Bloomberg melaporkan bahwa Gubernur The Fed Christopher Waller menjadi kandidat kuat pilihan Trump untuk menduduki kursi Ketua The Fed, menggantikan Jerome Powell yang seringkali dikritik karena dianggap lambat dalam memangkas suku bunga. Isu penggantian Ketua The Fed menambah ketidakpastian di pasar finansial.

Saham Eli Lilly dan Fortinet Rontok Akibat Sentimen Negatif

Saham Eli Lilly mengalami penurunan tajam sebesar 14,1%, meskipun perusahaan farmasi ini telah menaikkan proyeksi laba dan penjualan tahunannya. Penurunan drastis ini dipicu oleh data uji coba obat oral orforglipron untuk penurunan berat badan yang dianggap tidak memenuhi ekspektasi investor.

Selain Eli Lilly, saham Fortinet, perusahaan keamanan siber, juga mengalami nasib serupa. Sahamnya terjun bebas 22% setelah proyeksi pendapatan perusahaan berada di bawah perkiraan pasar. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua sektor mampu mempertahankan momentum positifnya.

“Reli pasar mulai terlihat kelelahan. Kita sempat naik karena kinerja laba, sementara pasar mengabaikan banyak berita soal tarif,” ungkap Peter Cardillo, Kepala Ekonom Pasar di Spartan Capital Securities, New York, menyoroti potensi koreksi pasar.

Tarif Trump Mulai Berlaku, Intel Tertekan Isu Konflik Kepentingan

Pemerintahan Trump secara resmi memberlakukan tarif impor baru terhadap puluhan negara pada hari Kamis. Kebijakan ini menjadikan tarif impor rata-rata AS berada di level tertinggi dalam satu abad terakhir, berpotensi memicu perang dagang global.

Saham Intel turut merasakan dampak negatifnya, turun 3,1% setelah Trump menyerukan pengunduran diri CEO baru Intel, Lip-Bu Tan, yang dituduh memiliki “konflik kepentingan yang sangat besar” karena hubungan bisnisnya dengan perusahaan-perusahaan di China.

Apple Menguat, Sektor Teknologi Jadi Penopang Nasdaq

Di tengah sentimen negatif yang melanda sebagian pasar, saham Apple justru bersinar dengan kenaikan 3,2%. Kenaikan ini menjadi salah satu faktor utama yang mendorong Nasdaq mencapai level penutupan tertinggi.

Trump juga menyatakan bahwa tarif 100% atas impor semikonduktor tidak akan berlaku bagi perusahaan yang memproduksi di AS atau telah berkomitmen untuk membangun fasilitas produksi di dalam negeri, memberikan angin segar bagi sektor teknologi.

Pasar Masih Menantikan Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Dari sisi makroekonomi, data menunjukkan bahwa klaim tunjangan pengangguran mingguan naik 7.000 menjadi 226.000, sedikit di atas ekspektasi. Meskipun demikian, harapan akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan September tetap tinggi di kalangan pelaku pasar.

Menurut CME FedWatch Tool, probabilitas pasar untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan depan berada di angka 93,2%, sedikit menurun dari 94,6% sehari sebelumnya, namun jauh lebih tinggi dibandingkan 37,7% pada pekan lalu. Pasar terus memantau sinyal-sinyal dari The Fed untuk mendapatkan kepastian mengenai arah kebijakan moneter ke depan.

Ringkasan

Wall Street ditutup bervariasi, dengan S&P 500 dan Dow Jones melemah, sementara Nasdaq mencetak rekor penutupan tertinggi. Penurunan saham Eli Lilly akibat data uji klinis obat penurun berat badan yang mengecewakan membebani S&P 500 dan Dow Jones. Sebaliknya, sektor teknologi, terutama didorong oleh kenaikan saham Apple, menjadi penopang utama bagi Nasdaq.

Selain itu, pasar diwarnai oleh sentimen mengenai kebijakan tarif baru pemerintahan Trump dan potensi perubahan kepemimpinan di The Fed. Pelaku pasar terus memantau data ekonomi dan sinyal dari The Fed, dengan harapan pemangkasan suku bunga pada bulan September tetap tinggi.

Advertisement

Baca Juga

Tags