Rancak Media JAKARTA. Investor asing kawakan, JP Morgan, terpantau secara signifikan mengurangi kepemilikan sahamnya di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Penurunan substansial ini mulai terlihat sejak Juni 2025, dengan total divestasi mencapai 643,95 juta saham BBRI. Sebagai perbandingan, pada akhir Mei 2025, JP Morgan masih memegang sekitar 1,55 miliar saham BRI. Namun, per awal Agustus 2025, kepemilikannya telah menyusut drastis menjadi 911,43 juta saham.
Pelepasan saham terbesar oleh JP Morgan terjadi pada periode Juli 2025, di mana mereka melepas 643,55 juta saham dari bank yang identik dengan segmen UMKM ini. Aksi jual masif ini mencerminkan adanya pergeseran strategi portofolio yang perlu dicermati oleh para investor lainnya.
Aksi penjualan ini sejalan dengan riset terbaru yang diterbitkan oleh JP Morgan pada 31 Juli 2025. Dalam laporan yang disusun oleh analis Harsh Wardhan Modi, Gaurav Khandelwal, dan Daniel Andrew Tan tersebut, mereka merekomendasikan “Neutral” untuk saham BBRI, dengan target harga Rp 3.900 per saham untuk 12 bulan ke depan.
BRI Salurkan BSU 2025 kepada 3,76 Juta Penerima Senilai Rp 2,25 Triliun
Dalam analisis mendalamnya, JP Morgan mengakui bahwa BRI memiliki keunggulan kompetitif yang kokoh dalam bisnis pinjaman mikro, sebuah segmen yang secara historis menjanjikan profitabilitas substansial di berbagai siklus ekonomi. Namun, mereka menyoroti adanya tantangan serius saat ini, yaitu fase penurunan kualitas aset yang sedang dialami bank.
Penurunan ini, menurut para analis JP Morgan, dipicu oleh perubahan kondisi makroekonomi serta praktik penjaminan kredit yang kurang optimal pada produk Kupedes, terutama yang terjadi di tahun 2023. Bank disebutkan sedang berupaya keras mengatasi permasalahan ini dan membersihkan portofolio kredit macet (NPL) yang ada.
Meskipun demikian, riset JP Morgan juga mencatat bahwa pada valuasi saham BBRI saat ini, dampak negatif dari penurunan kualitas aset tersebut “tampaknya sudah sebagian besar tercermin dalam harga saham, dengan valuasi berada pada titik terendah dalam beberapa tahun.” Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pasar mungkin telah mengantisipasi sebagian besar kabar buruk.
Selain itu, BRI juga menghadapi tekanan signifikan dari sisi likuiditas yang ketat. Kondisi ini secara langsung membebani biaya dana bank dan membatasi kemampuannya dalam menghimpun simpanan, menambah kompleksitas tantangan operasional yang dihadapi.
Sebagai konsekuensi dari kondisi-kondisi tersebut, JP Morgan merevisi proyeksi pertumbuhan pinjaman BRI. Mereka memperkirakan pertumbuhan akan melambat menjadi 6%-9% untuk periode 2025-2027, dengan pertumbuhan pinjaman mikro hanya sekitar 2% pada tahun 2025 ini. Proyeksi ini menunjukkan antisipasi terhadap periode yang lebih konservatif.
BBRI Chart by TradingView
Lebih lanjut, JP Morgan juga memperkirakan revisi turun pada estimasi Laba per Saham (EPS) BBRI untuk tahun 2025-2027, yang diperkirakan akan berada 8%-10% di bawah konsensus pasar. Revisi ini didasari oleh pernyataan manajemen BRI yang mengindikasikan potensi penurunan laba secara tahunan di tengah lingkungan operasional yang menantang. Tingginya tingkat kredit macet pada pinjaman-pinjaman lama diperkirakan dapat mempercepat penyesuaian proyeksi ke bawah.
Meski demikian, para analis JP Morgan menambahkan bahwa sebagian dari sentimen negatif ini “tampaknya telah diperhitungkan dalam pergerakan harga saham, sehingga penurunan tajam bisa terbatas.” Namun, di sisi lain, valuasi saham BBRI dan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) saat ini dinilai membatasi potensi kenaikan harga yang signifikan dalam waktu dekat. Hal ini menggarisbawahi posisi “Neutral” yang mereka berikan.
Ringkasan
JP Morgan terpantau secara signifikan mengurangi kepemilikan sahamnya di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dengan total divestasi mencapai 643,95 juta saham sejak Juni 2025. Kepemilikan mereka menyusut dari sekitar 1,55 miliar saham pada akhir Mei menjadi 911,43 juta saham per awal Agustus. Aksi jual masif ini sejalan dengan riset JP Morgan yang merekomendasikan “Neutral” untuk saham BBRI dengan target harga Rp 3.900.
JP Morgan mengakui keunggulan BBRI dalam pinjaman mikro, namun menyoroti penurunan kualitas aset akibat kondisi makroekonomi dan praktik penjaminan kredit yang kurang optimal. Mereka juga mencatat adanya tekanan likuiditas ketat yang membebani biaya dana, serta merevisi proyeksi pertumbuhan pinjaman dan Laba per Saham (EPS) BBRI ke bawah. Meskipun demikian, sebagian dampak negatif ini dinilai sudah tercermin dalam harga saham, namun valuasi dan tingkat pengembalian ekuitas membatasi potensi kenaikan harga yang signifikan.