Rancak Media JAKARTA. Kinerja keuangan dan operasional sejumlah emiten anggota Holding BUMN Pertambangan, MIND ID, menunjukkan variasi yang signifikan pada semester I-2025. Fluktuasi harga komoditas global tak dapat dimungkiri menjadi faktor penentu utama di balik capaian performa emiten-emiten tersebut.
Salah satu entitas di bawah naungan MIND ID, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), berhasil membukukan peningkatan pendapatan sebesar 4% year-on-year (yoy) menjadi Rp 20,45 triliun pada paruh pertama tahun ini. Namun, laba bersih perusahaan justru tergerus tajam hingga 59,02% yoy, menyisakan Rp 833,04 miliar.
Penurunan harga batubara global menjadi tantangan krusial bagi PTBA di semester awal 2025. Data menunjukkan indeks harga batubara ICI-3 terkoreksi 14% secara tahunan menjadi US$ 65,15 per ton, sementara indeks batubara Newcastle anjlok 22% menjadi US$ 102,51 per ton pada periode yang sama.
Meskipun demikian, PTBA menunjukkan resiliensi di sisi operasional. Volume produksi batubara perusahaan tumbuh 16% yoy mencapai 21,73 juta ton pada semester I-2025. Sejalan dengan itu, volume penjualan PTBA juga naik 8% yoy menjadi 21,62 juta ton.
Komposisi penjualan batubara PTBA terdiri dari 54% untuk pasar domestik dan 46% untuk ekspor. Meskipun menghadapi penurunan permintaan dari pasar ekspor utama seperti China, PTBA berhasil menjaga momentum penjualan dengan memperluas jangkauan ke negara-negara baru seperti Bangladesh, India, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
Corporate Secretary PTBA, Niko Chandra, menegaskan komitmen perusahaan untuk terus memperkuat operasional. “Ke depan, perusahaan akan senantiasa mendorong efisiensi biaya, meningkatkan kinerja aset, dan memperluas portofolio usaha yang berkelanjutan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (1/8).
Beralih ke emiten lain, PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan penurunan pendapatan 19% yoy menjadi Rp 4,22 triliun pada semester I-2025. Laba bersih TINS juga ikut terkoreksi 30,93% yoy menjadi Rp 300,07 miliar.
Dari segi operasional, TINS melaporkan pelemahan produksi bijih timah sebesar 32% yoy menjadi 6.997 ton Sn di paruh pertama 2025. Penurunan ini disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk belum optimalnya aktivitas penambangan di darat dan laut akibat cuaca angin utara dan selatan, kondisi cadangan yang tidak menerus (spotted), serta maraknya aktivitas penambangan ilegal.
Produksi logam timah TINS turut merosot 29% yoy menjadi 6.870 metrik ton pada semester I-2025, yang berimbas pada penjualan logam timah TINS yang berkurang 28% yoy menjadi 5.983 metrik ton pada periode yang sama.
Namun, di tengah tantangan produksi, TINS melaporkan kabar positif dari sisi harga jual. Harga jual rata-rata logam timah tercatat sebesar US$ 32.816 per metrik ton pada semester I-2025, menunjukkan pertumbuhan 8% dibandingkan periode serupa tahun sebelumnya yang sebesar US$ 30.397 per metrik ton.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Timah, Fina Eliani, menyampaikan bahwa TINS terus berupaya keras mengoptimalkan volume produksi. Upaya ini mencakup peningkatan sumber daya dan cadangan, penambahan armada produksi dan jumlah tambang, pengamanan wilayah IUP, serta transformasi proses bisnis demi mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan.
Sementara itu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) belum merilis laporan keuangan lengkapnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meski demikian, emiten ini telah membeberkan capaian kinerja operasionalnya pada paruh pertama 2025, yang menunjukkan dinamika menarik.
Di segmen emas, ANTM membukukan produksi sebesar 14.082 ons troi pada semester I-2025, sedikit lebih rendah dibandingkan semester I-2024 yang mencapai 14.146 ons troi. Namun, penjualan emas ANTM justru mampu melonjak signifikan hingga 84% yoy menjadi 942.178 ons troi. Tingginya harga emas dunia yang konsisten berada di level tinggi sepanjang kuartal II-2025 turut mendorong minat pasar domestik terhadap emas produksi ANTM.
Sebagai respons terhadap tingginya permintaan emas di pasar domestik dan ketatnya persaingan, ANTM secara konsisten berupaya memperkuat posisi pasarnya melalui strategi penjualan yang berfokus pada kualitas produk, keamanan, dan kemudahan akses bagi pelanggan. “Komitmen ini memungkinkan Antam untuk mempertahankan kepercayaan konsumen sebagai merek pilihan utama dan mendukung pencapaian kinerja penjualan emas yang positif pada semester I-2025,” ungkap Manajemen ANTM dalam keterbukaan informasi, Kamis (31/7/2025).
Pada segmen bijih nikel, volume produksi ANTM melesat 117% dari periode sebelumnya, mencapai 9,10 juta wet metric ton (wmt) pada semester I-2025. ANTM juga berhasil menjual bijih nikel sebanyak 8,20 juta wmt, melonjak 144% yoy dibandingkan realisasi semester I-2024. Namun, untuk segmen feronikel, produksi ANTM berkurang 10,84% yoy menjadi 9.067 TNi, dan penjualan feronikel menyusut 16,03% yoy menjadi 5.763 TNi.
Beralih ke komoditas bauksit, ANTM menunjukkan peningkatan signifikan dalam produksi, mencapai 1,38 juta wmt pada semester I-2025, atau melonjak 155% yoy dari capaian semester I-2024. Produksi bauksit ini digunakan sebagai bahan baku untuk Pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan yang dioperasikan oleh PT Indonesia Chemical Alumina (ICA) dan juga untuk penjualan kepada pelanggan domestik.
ANTM juga membukukan penjualan bauksit pada semester I-2025 sebesar 1,03 juta wmt, sebuah pertumbuhan yang sangat signifikan mengingat pada semester I-2024 ANTM tidak mencatatkan penjualan komoditas ini sama sekali.
Analis Korean Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menjelaskan bahwa pelemahan kinerja keuangan yang dialami oleh PTBA dan TINS utamanya dipengaruhi oleh koreksi harga komoditas dan penurunan volume penjualan, khususnya untuk produk timah. Di sisi lain, meskipun harga nikel cenderung turun, ANTM mampu mengkompensasinya dengan kenaikan volume produksi dan penjualan bijih nikel yang masif. Belum lagi, ANTM juga terbantu oleh performa segmen emas yang tumbuh secara signifikan.
Memasuki semester II-2025, Wafi memproyeksikan harga emas dunia cenderung stabil atau kenaikannya tidak setinggi semester sebelumnya. Namun, peluang ANTM untuk melanjutkan capaian positif tidak tertutup. Pasalnya, terdapat potensi harga nikel dunia mengalami pemulihan pada sisa tahun ini. “Jika itu terjadi maka ANTM masih ada potensi kenaikan,” imbuhnya, Jumat (1/8).
Senada, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, menilai ANTM kembali berpeluang menjadi emiten anggota MIND ID dengan kinerja paling unggul hingga akhir 2025. Hal ini seiring masih tingginya harga emas dunia dan permintaan yang kuat pada komoditas nikel. Di sisi lain, sektor batubara masih berhadapan dengan sentimen kelebihan pasokan, sehingga kurang menguntungkan bagi PTBA.
Terlepas dari fluktuasi harga komoditas, keterlibatan emiten anggota MIND ID seperti ANTM, PTBA, dan TINS dalam proyek-proyek hilirisasi pertambangan akan menjadi sentimen positif yang kuat bagi mereka secara jangka panjang. Selama proyek-proyek tersebut berjalan lancar, ketiga emiten ini berpotensi memperoleh nilai tambah signifikan dari produk olahan komoditas tambang.
Indy pun merekomendasikan saham ANTM menarik untuk dipantau oleh investor, dengan target harga Rp 3.500 per saham. “Hilirisasi bisa menjadi pendorong kinerja ANTM yang mana smelternya dapat menjadi akses untuk segmen industri kendaraan listrik,” kata dia, Jumat (1/8).
Wafi menambahkan, dalam jangka pendek, perkembangan harga komoditas tambang di pasar global masih akan menjadi sentimen utama yang memengaruhi kinerja emiten-emiten MIND ID. Dia pun menyebut, saham ANTM, PTBA, dan TINS masih cukup menarik untuk dikoleksi oleh investor. Target harga saham ANTM ada di level Rp 3.600 per saham, PTBA di level Rp 2.900 per saham, sedangkan TINS di level Rp 1.100 per saham.
Ringkasan
Kinerja emiten anggota Holding BUMN Pertambangan, MIND ID, pada semester I-2025 menunjukkan variasi signifikan, dipengaruhi fluktuasi harga komoditas global. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatat kenaikan pendapatan 4% namun laba bersih turun 59% akibat harga batubara global, meskipun produksi dan penjualan batubara meningkat. Sementara itu, PT Timah Tbk (TINS) mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih, dengan produksi timah menurun karena beberapa faktor, meski harga jual rata-rata timah naik.
Berbeda dengan keduanya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menunjukkan kinerja operasional yang kuat, terutama pada segmen emas dengan penjualan melonjak 84% didorong tingginya harga, serta peningkatan signifikan pada produksi dan penjualan bijih nikel. Analis memproyeksikan ANTM berpeluang menjadi emiten terunggul hingga akhir 2025, terbantu oleh harga emas dan permintaan nikel. Hilirisasi pertambangan juga diyakini akan menjadi sentimen positif jangka panjang bagi seluruh emiten MIND ID.