SRTG Rugi Rp 1,82T! Analis Ungkap Rekomendasi Saham Terbaru

Nautonk

Advertisement

Rancak Media JAKARTA. PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) menunjukkan dualitas dalam kinerja keuangannya sepanjang paruh pertama tahun 2025. Di satu sisi, perusahaan investasi terkemuka ini menghadapi peningkatan signifikan dalam kerugian neto atas investasi pada saham dan efek lainnya. Namun, secara mengejutkan, SRTG berhasil membalikkan keadaan dengan mencatatkan laba bersih yang positif di periode yang sama, berlawanan dengan kerugian tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan, SRTG mencatat kerugian neto atas investasi pada saham dan efek lainnya sebesar Rp 1,82 triliun per semester I 2025. Angka ini memburuk sebesar 32,83% secara tahunan (yoy) dari kerugian Rp 1,37 triliun di periode yang sama tahun 2024. Sejalan dengan itu, nilai aset investasi pada saham juga mengalami penurunan, dari Rp 51,91 triliun di semester I 2024 menjadi Rp 51,09 triliun pada semester I 2025.

Portofolio investasi SRTG sendiri terbagi dalam saham-saham perusahaan terbuka, baik yang berstatus blue chip maupun yang sedang berkembang. Di segmen blue chip, SRTG memiliki kepemilikan signifikan di beberapa emiten besar.

Advertisement

Di antaranya adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan kepemilikan 9,13% senilai Rp 4,45 triliun, serta PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan kepemilikan 20,34% senilai Rp 7,66 triliun. Selain itu, ada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebesar 4% dengan nilai wajar Rp 2,85 triliun. Khusus untuk PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), Saratoga Investama Sedaya (SRTG) memegang saham baik secara langsung sebesar 4,38% (senilai Rp 2,26 triliun) maupun tidak langsung melalui PT Adaro Strategic Capital (25% senilai Rp 11,47 triliun) dan PT Adaro Strategic Lestari (29,79% senilai Rp 4,57 triliun).

Sementara itu, investasi SRTG di perusahaan publik yang sedang berkembang meliputi PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) dengan kepemilikan 56,69% senilai Rp 2,49 triliun, PT Samator Indo Gas Tbk (AGII) sebesar 10% senilai Rp 429,33 miliar, dan PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) dengan kepemilikan 6,97% senilai Rp 61,21 miliar.

Meskipun membukukan kerugian investasi, SRTG berhasil menunjukkan resiliensi yang luar biasa. Perseroan sukses membalikkan rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan, atau rugi bersih, menjadi laba bersih sebesar Rp 102,01 miliar per Juni 2025. Angka ini kontras dengan rugi Rp 446,39 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Saratoga juga mencatatkan Nilai Aset Bersih (NAV) sebesar Rp 53,99 triliun di semester I 2025.

Sejalan dengan peningkatan NAV, pendapatan dividen turut menjadi penopang kinerja SRTG, tercatat sebesar Rp 1,26 triliun dalam enam bulan pertama tahun 2025. Direktur Investasi Saratoga, Devin Wirawan, menjelaskan bahwa pendapatan dividen ini sebagian besar berasal dari perusahaan portofolio seperti ADRO, MPMX, dan TBIG. Ke depan, SRTG tetap berkomitmen pada fokus investasi di sektor-sektor yang menjanjikan pertumbuhan jangka panjang, seperti layanan kesehatan, infrastruktur digital, ekonomi hijau dan energi terbarukan, serta sektor konsumer, dengan tujuan menciptakan nilai optimal bagi pemegang saham dan mendukung pertumbuhan portofolio secara berkelanjutan.

Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, mencermati bahwa kerugian atas nilai investasi yang dialami Saratoga Investama Sedaya (SRTG) disebabkan oleh penurunan kinerja portofolio yang dipicu oleh volatilitas pasar saham sepanjang paruh pertama tahun 2025.

Namun, salah satu pendorong utama yang memungkinkan SRTG membukukan laba bersih adalah kemampuan perseroan untuk mengantongi Rp 837,87 miliar pada pos manfaat pajak penghasilan tangguhan. Angka ini berbalik signifikan dari beban pajak penghasilan tangguhan sebesar Rp 350,02 miliar di periode sebelumnya. Perlu dipahami, pajak tangguhan (deferred tax) merefleksikan perbedaan waktu antara pengakuan akuntansi dan pengakuan pajak atas suatu pendapatan atau beban.

Indy Naila, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, juga menyoroti peran kenaikan pendapatan dividen dari emiten seperti MDKA, MPMX, atau ADRO yang menjadi penopang kinerja portofolio dan arus kas SRTG. Ia menambahkan, adanya realized gain dari saham berfundamental baik seperti MPMX turut berkontribusi positif.

Melihat ke depan, Indy melihat adanya potensi pemulihan kinerja portofolio SRTG di semester II. Misalnya, pemulihan harga emas diharapkan dapat mendorong kinerja MDKA, sementara potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) dapat meningkatkan kinerja emiten telekomunikasi seperti TBIG yang berada dalam portofolio SRTG. Meski demikian, Indy merekomendasikan untuk wait and see terhadap saham SRTG, sembari menantikan perbaikan dari sisi kinerja fundamental. Hal ini mengingat rasio price to earning (PER) SRTG masih negatif dan berada di bawah rata-rata industri.

Sementara itu, Nafan Aji Gusta menawarkan pandangan yang lebih optimistis. Secara historis, ia mencatat bahwa pasar saham cenderung menghijau selama bulan Agustus dan pada periode November-Desember, sebuah tren yang memberikan harapan untuk peningkatan kinerja SRTG di semester II. Dengan prospek tersebut, Nafan memberikan rekomendasi maintain buy untuk saham SRTG, dengan target harga Rp 2.220 per saham.

Ringkasan

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatat kerugian neto investasi saham sebesar Rp 1,82 triliun pada semester I 2025, memburuk dari tahun sebelumnya, dan nilai aset investasinya juga menurun. Meskipun demikian, perusahaan berhasil membalikkan keadaan dengan membukukan laba bersih Rp 102,01 miliar, kontras dengan kerugian di periode yang sama tahun 2024. Pencapaian ini didukung oleh manfaat pajak penghasilan tangguhan sebesar Rp 837,87 miliar dan pendapatan dividen Rp 1,26 triliun dari portofolio utamanya.

Portofolio investasi SRTG mencakup saham blue chip seperti TBIG, MDKA, ADRO, serta perusahaan berkembang seperti MPMX dan AGII. Analis menilai kerugian investasi dipicu volatilitas pasar, namun mengakui peran dividen dan pajak tangguhan dalam laba bersih SRTG. Meski ada rekomendasi “wait and see” dari satu analis, pandangan lain menyarankan “maintain buy” untuk saham SRTG dengan target harga Rp 2.220, didukung proyeksi pemulihan pasar di semester II.

Advertisement

Baca Juga

Tags