KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Di tengah tantangan perlambatan pasar otomotif nasional, PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR), emiten yang bergerak di sektor kendaraan listrik, berhasil menunjukkan ketahanan dengan mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang positif.
Pada semester I-2025, VKTR membukukan pendapatan sebesar Rp 414 miliar, melonjak 1,2% secara tahunan (year-on-year) dibandingkan Rp 409 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, di sisi lain, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami penurunan signifikan sebesar 68,7%, dari Rp 15,1 miliar pada semester I-2024 menjadi Rp 4,7 miliar.
Menurut Direktur Utama VKTR, Gilarsi W. Setijono, penurunan laba bersih ini utamanya disebabkan oleh volume penjualan kendaraan listrik yang masih terbatas pada paruh pertama tahun ini. Pasalnya, sebagian besar pengiriman unit kendaraan listrik dijadwalkan akan terealisasi pada semester kedua 2025.
Meskipun demikian, dari aspek operasional, VKTR menunjukkan capaian positif. Segmen manufaktur suku cadang berhasil membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 4% secara tahunan, didorong oleh peningkatan permintaan dari pelanggan utama di sektor kendaraan komersial.
ACST Jadi Tersangka Korporasi Korupsi Tol MBZ, Begini Tanggapan Manajemen
Pada paruh pertama tahun 2025 ini, VKTR juga telah menerima Purchase Order (PO) untuk 10 unit transporter dari penyedia jasa transportasi travel di Jawa Barat. Selain itu, perusahaan tengah aktif mengerjakan perakitan Completely Knocked Down (CKD) 80 unit bus listrik yang akan memperkuat armada Transjakarta, melengkapi 72 unit bus listrik yang telah beroperasi sebelumnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap ekosistem kendaraan listrik, VKTR turut menjalin kerja sama strategis dengan Mandiri Tunas Finance (MTF). Kemitraan ini bertujuan menyediakan fasilitas pembiayaan yang memudahkan konsumen melalui jaringan VKTR dan dealer-dealer resminya.
Menatap masa depan, Gilarsi menegaskan komitmen VKTR untuk mempertahankan strategi pertumbuhan berkelanjutan sepanjang tahun 2025.
“Perseroan akan tetap fokus pada strategi pertumbuhan berkelanjutan di tahun 2025,” ujar Gilarsi dalam keterangan resminya, Rabu (30/7).
Prioritas utama VKTR meliputi perluasan penetrasi pasar kendaraan listrik melalui penguatan strategi penjualan dan pemasaran. Hal ini termasuk intensifikasi uji coba unit kepada calon pelanggan strategis untuk memperluas jangkauan pasar.
Selain itu, VKTR juga berfokus pada penyelesaian pesanan yang telah masuk sejak awal tahun, yang diharapkan akan terealisasi sepenuhnya pada paruh kedua tahun ini. Optimalisasi operasional menjadi kunci untuk memastikan efisiensi produksi serta meningkatkan jumlah kendaraan listrik komersial yang dirakit secara lokal dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi.
Gilarsi menambahkan, “Kami percaya bahwa penguatan kehadiran perusahaan di sektor Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB) Indonesia bukan hanya langkah bisnis, tetapi juga bagian dari komitmen kami untuk menghadirkan solusi berkelanjutan bagi masa depan transportasi.”
Laba Alfaria Trijaya (AMRT) Naik 4,98% Jadi Rp 1,88 Triliun pada Semester I-2025
Ringkasan
PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) mencatat kenaikan pendapatan sebesar 1,2% menjadi Rp 414 miliar pada semester I-2025, dibandingkan Rp 409 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, laba bersih perusahaan turun signifikan 68,7% menjadi Rp 4,7 miliar dari Rp 15,1 miliar. Penurunan laba ini disebabkan volume penjualan kendaraan listrik yang masih terbatas karena sebagian besar pengiriman unit dijadwalkan pada semester kedua 2025. Meski demikian, segmen manufaktur suku cadang membukukan pertumbuhan pendapatan 4%.
Secara operasional, VKTR telah menerima pesanan 10 unit transporter dan tengah merakit 80 unit bus listrik CKD untuk Transjakarta, melengkapi 72 unit yang telah beroperasi. Perusahaan juga menjalin kemitraan strategis dengan Mandiri Tunas Finance untuk fasilitas pembiayaan konsumen. VKTR berkomitmen pada strategi pertumbuhan berkelanjutan di tahun 2025, dengan fokus pada perluasan penetrasi pasar, penyelesaian pesanan, dan optimalisasi produksi kendaraan listrik komersial lokal dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) tinggi.