Rancak Media JAKARTA. PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) secara aktif mempersiapkan serangkaian langkah strategis guna menjaga stabilitas dan mendorong kinerja perusahaan di tengah dinamika serta fluktuasi pasar modal yang terjadi.
Ellen Kartika, Direktur Investasi dan Portofolio PALM, menjelaskan bahwa sebagai entitas perusahaan investasi, PALM menerapkan metode pencatatan keuangan Mark to Market. Pendekatan ini memastikan bahwa nilai portofolio investasi perusahaan senantiasa mencerminkan kondisi pasar terkini.
“Kami menggunakan metode pencatatan Mark to Market, yaitu pencatatan berdasarkan harga pasar terkini dari suatu efek atau portofolio. Hal ini memastikan nilai investasi kami merefleksikan kondisi pasar yang aktual dan transparan,” ujar Ellen, menegaskan komitmen terhadap akuntabilitas dan kejelasan.
Provident Investasi Bersama (PALM) Siap Lunasi Obligasi Jatuh Tempo
Dalam laporan keuangannya, PALM mencatatkan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp 1,3 triliun per kuartal I 2025. Angka ini menunjukkan peningkatan kerugian dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp 1,08 triliun di kuartal I 2024. Akibatnya, rugi periode berjalan PALM mencapai Rp 1,43 triliun per akhir Maret 2025, naik dari Rp 1,18 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Meskipun demikian, posisi aset perseroan tetap kuat dengan total aset tercatat sebesar Rp 7,40 triliun, di mana total nilai investasi Provident Investasi Bersama mencapai Rp 7,28 triliun. Per 31 Maret 2025, portofolio investasi PALM didominasi oleh kepemilikan saham di beberapa perusahaan publik terkemuka.
Investasi strategis PALM mencakup saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dengan nilai wajar mencapai Rp 2,39 triliun, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) senilai Rp 1,93 triliun, PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) sebesar Rp 1,93 triliun, dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) senilai Rp 200,64 miliar. Selain itu, PALM juga memiliki investasi signifikan pada perusahaan nonpublik yang totalnya mencapai Rp 829,40 miliar.
Ellen Kartika menjelaskan lebih lanjut bahwa kerugian neto atas investasi yang tercatat dalam laporan keuangan merupakan kerugian yang belum terealisasi (unrealized loss). Kerugian ini, menurutnya, lebih mencerminkan volatilitas pasar dalam periode tertentu dan bukanlah indikasi penurunan nilai fundamental dari aset investasi yang dimiliki oleh Provident Investasi Bersama.
“Kami optimistis PALM masih berada dalam posisi yang solid untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan kinerja. Keyakinan ini seiring dengan proyeksi membaiknya kondisi pasar dan optimalisasi nilai dari portofolio investasi strategis yang kami miliki,” ungkap Ellen dengan penuh keyakinan. Ia menambahkan bahwa sektor investasi PALM diproyeksikan akan terus menopang kinerja ke depan, mengingat fundamental emiten yang diinvestasikan PALM masih sangat baik, terutama di tengah tren kenaikan harga komoditas.
Untuk mendukung pertumbuhan di masa mendatang, PALM telah menganggarkan total investasi sebesar Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun pada tahun 2025. Sumber dana untuk investasi ini akan diperoleh dari kombinasi penerbitan saham dan obligasi, kas internal perusahaan, serta fasilitas pinjaman bank.
IHSG Masih Berpotensi Tertekan, Cermati Saham Rekomendasi Analis untuk Kamis (26/6)
Provident Investasi Bersama juga telah mendapatkan persetujuan penting dari para pemegang saham untuk melaksanakan aksi korporasi strategis. Persetujuan ini meliputi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Rights Issue, serta Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau Private Placement. Keputusan ini dicapai dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dan Rapat Umum Pemegang Saham Independen (RUPSI) yang diselenggarakan pada Rabu (25/6).
Melalui aksi korporasi ini, PALM berencana untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 4.719.862.337 saham baru melalui skema Rights Issue, dan/atau sebanyak-banyaknya 1.573.287.445 saham melalui skema Private Placement. “Namun, untuk nilai private placement dan rights issue akan kami sampaikan kemudian setelah finalisasi,” pungkas Ellen, mengindikasikan bahwa detail lebih lanjut akan diumumkan pada waktunya.
Ringkasan
PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) aktif mempersiapkan strategi untuk menjaga stabilitas kinerja di tengah fluktuasi pasar modal. Perusahaan menerapkan metode pencatatan Mark to Market agar nilai portofolio investasi senantiasa mencerminkan kondisi pasar terkini. Meskipun mencatat kerugian neto investasi yang belum terealisasi sebesar Rp 1,3 triliun pada Kuartal I 2025, posisi aset perseroan tetap kuat dengan total aset Rp 7,40 triliun.
Kerugian tersebut diklarifikasi sebagai kerugian yang belum terealisasi (*unrealized loss*) akibat volatilitas pasar, bukan penurunan fundamental aset. PALM optimistis akan pertumbuhan kinerja ke depan, didukung proyeksi perbaikan pasar dan fundamental emiten investasi yang kuat. Untuk mendukung pertumbuhan, PALM menganggarkan investasi Rp 800 miliar hingga Rp 1 triliun pada 2025 dan telah mendapat persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan aksi korporasi seperti *Rights Issue* dan *Private Placement*.