Dividen Jumbo BUMN Mengalir ke Negara: Dampaknya ke Ekonomi?

Ade Banteng

Rancak Media JAKARTA. Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara kini mulai memetik hasil dari portofolio kelolaannya, menerima dividen dari sejumlah perusahaan BUMN. Suntikan dana segar ini bukan sekadar pemasukan biasa, melainkan menjadi modal strategis bagi Danantara untuk mengawali berbagai inisiatif investasinya.

Fenomena peningkatan dividen ini mencerminkan kinerja keuangan BUMN yang kian cemerlang. Beberapa emiten “plat merah” bahkan berani mengerek rasio pembayaran dividennya (dividend payout ratio) secara signifikan. Ambil contoh, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), yang menaikkan rasio pembagian dividennya dari 60% untuk laba tahun buku 2023 menjadi 85% untuk laba tahun buku 2024. Seiring pertumbuhan laba bersih, jumlah dividen yang dibayarkan pun melonjak tajam dari Rp 33,03 triliun (setara Rp 353,96 per saham) menjadi Rp 43,51 triliun (atau Rp 466,18 per saham). Senada, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga mengerek alokasi laba bersih untuk dividen menjadi 89% (setara Rp 21,04 triliun), naik drastis dari 72%.

Danantara Siap Jadi Liquidity Provider, Begini Prospek Kinerja Emiten BUMN

Di tengah tren kenaikan dividen ini, beberapa emiten BUMN menonjol dengan potensi dividend yield terbesar. Berdasarkan catatan KONTAN, dari 19 emiten BUMN yang telah dan akan membagikan dividen, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menduduki posisi teratas. Emiten tambang batubara ini membagikan dividen sebesar Rp 3,82 triliun, atau Rp 332,3 per saham. Dengan harga saham pada Jumat (13/6) di Rp 2.970, potensi dividend yield PTBA mencapai 11,18%. Tak kalah menarik, saham dengan dividend yield terbesar berikutnya adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), yang menebar dividen Rp 1,40 triliun atau Rp 102,08 per saham. Pada tanggal ex-date, PGAS berada di level Rp 1.680, sehingga dividend yield-nya mencapai 10,83%.

Namun, di balik kegembiraan para investor atas dividen jumbo ini, muncul kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap rencana ekspansi para emiten. Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menegaskan adanya konsekuensi jelas dari pilihan untuk membagikan dividen besar. “Tentunya ada konsekuensi pilihan antara dividen yang dibagikan dengan dana untuk melakukan ekspansi atau capital expenditure,” jelasnya kepada Kontan, Minggu (15/6). Senada, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menambahkan bahwa ada potensi aksi korporasi emiten BUMN yang membagikan dividen itu akan tertahan dan mengganggu jalannya ekspansi.

Menilik Prospek Emiten BUMN Karya di Tengah Upaya Bayar Obligasi

Meski demikian, Nafan berharap aliran investasi yang dilakukan Danantara dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang pada gilirannya akan berdampak positif bagi emiten-emiten BUMN. Ia juga memaparkan bahwa dana yang akan disalurkan Danantara tidak hanya terbatas pada sektor riil, melainkan berpotensi mengalir ke emiten BUMN lain yang membutuhkan, seperti BUMN Karya atau PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Bahkan, GIAA sendiri dikabarkan tengah menjajaki peluang suntikan dana segar sekitar US$ 500 juta dari Danantara, yang rencananya akan digunakan untuk pengadaan 15 unit pesawat.

Dalam konteks ini, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyoroti bahwa Danantara membutuhkan dana yang besar untuk menjalankan operasionalnya, dan tidak bisa dilepaskan dari unsur politik. Investor dapat berkaca pada pengalaman PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), yang selama dua tahun beruntun membagikan dividend payout ratio 100%. Situasi ini secara implisit berarti tidak ada dana yang disisihkan untuk modal ekspansi. “Meski demikian kami meyakini, walaupun terjadi kenaikan jumlah dividen yang dibagikan para emiten sudah melakukan pencadangan untuk menjelaskan rencana bisnis,” pungkasnya.

Menilik Ulang Nasib Emiten BUMN yang Tergabung di Danantara

Bagi investor yang tertarik pada saham-saham BUMN pembagi dividen, Pilarmas Investindo Sekuritas merekomendasikan BBRI, BBNI, BMRI, dan BBTN, serta menyarankan untuk mencermati PTBA dan ELSA. Sementara itu, Nafan Aji Gusta merekomendasikan pilihan sahamnya pada BBNI, BMRI, BBRI, BRIS, JSMR, dan TLKM.

Ringkasan

Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara kini mulai menerima dividen dari sejumlah perusahaan BUMN, yang menjadi modal strategis untuk berbagai inisiatif investasinya. Peningkatan dividen ini mencerminkan kinerja keuangan BUMN yang cemerlang, dengan beberapa emiten seperti Bank Mandiri (BMRI) dan Telkom Indonesia (TLKM) menaikkan rasio pembayaran dividen secara signifikan. Emiten seperti PT Bukit Asam (PTBA) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) menonjol dengan potensi dividend yield terbesar.

Di balik dividen jumbo ini, muncul kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap rencana ekspansi emiten, karena adanya konsekuensi pilihan antara pembagian dividen dan belanja modal. Namun, diharapkan aliran investasi dari Danantara dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung emiten BUMN lain yang membutuhkan pendanaan, seperti BUMN Karya atau PT Garuda Indonesia (GIAA). Meskipun terjadi kenaikan jumlah dividen yang dibagikan, diyakini para emiten BUMN sudah melakukan pencadangan untuk menjalankan rencana bisnis mereka.

Baca Juga

Bagikan:

Tags