JAKARTA, KOMPAS.com – Chief Executive Officer (CEO) Badan Pengelola Investasi Danantara, Rosan P. Roeslani, mengungkapkan bahwa Danantara diperkirakan akan mengelola total dividen mencapai Rp 150 triliun pada tahun ini. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 7 miliar dollar AS atau sekitar Rp 113 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.200).
Dana dividen jumbo ini, menurut Rosan, akan dialokasikan untuk investasi strategis di berbagai sektor, mulai dari peningkatan layanan kesehatan hingga pembangunan infrastruktur yang modern.
“Seiring dengan masuknya dividen secara bertahap, kami perkirakan akan menerima sekitar 7 miliar dollar AS. Ini setara dengan, bahkan melampaui, perkiraan awal, menjadi sekitar Rp 120 triliun hingga Rp 150 triliun tahun ini,” kata Rosan dalam acara Meet the Leadership di Universitas Paramadina, Jakarta, Jumat (13/6/2025).
Lebih lanjut, Rosan menekankan pentingnya investasi yang menghasilkan dampak positif. “Kami harus mengelola dan menyalurkan dana ini. Ke mana? Tentu saja ke industri-industri yang memenuhi kriteria, terutama yang menciptakan lapangan kerja berkualitas. Ini adalah prioritas utama kami,” tegasnya.
Rosan merinci bahwa fokus investasi Danantara akan tertuju pada sektor-sektor krusial seperti kesehatan, infrastruktur digital termasuk pusat data, serta industri bahan baku yang mendukung rantai pasok nasional.
Investasi ini, lanjutnya, dapat dilakukan secara langsung maupun melalui penguatan perusahaan BUMN yang berada di bawah pengelolaan Danantara. Sumber pendanaan Danantara berasal dari dividen atau laba perusahaan BUMN, bukan dari Penyertaan Modal Negara (PMN).
Perlu diketahui, sebelumnya dividen BUMN secara tradisional disalurkan langsung ke kas negara. Namun, dengan kehadiran Danantara, sebagian dari dividen tersebut akan diinvestasikan kembali ke berbagai sektor strategis.
Rosan juga menegaskan bahwa Danantara menargetkan keuntungan yang signifikan dari setiap investasi yang dilakukan, dengan target *return* sebesar 10 persen.
“Investasi ini harus menghasilkan *return*. Berapa *return*-nya? Ya, *return*-nya harus di atas *cost of our capital*. Di Indonesia, kami menargetkan *return* sekitar 10 persen,” jelasnya.
Selain fokus pada investasi dalam negeri, Danantara juga berencana untuk melakukan investasi di luar negeri, dengan alokasi diperkirakan mencapai 20 persen dari total modal yang dikelola. Langkah ini akan dilakukan setelah Danantara memaksimalkan investasi di dalam negeri.
“Fokus utama Danantara adalah investasi di Indonesia. Namun, kami juga melihat peluang di luar negeri. Mungkin sekitar 20 persen dari investasi akan dialokasikan ke luar negeri, sementara 80 persen tetap di Indonesia,” papar Rosan. Investasi ke luar negeri ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan modal Danantara.
Rosan kemudian memberikan gambaran mengenai potensi *leverage* yang dapat dihasilkan Danantara. Dengan modal awal dari dividen sebesar 7 miliar dollar AS, Danantara memiliki potensi untuk memberikan *leverage* sekitar empat hingga lima kali lipat.
“Ini berarti, dalam satu tahun, Danantara dapat memberikan *leverage* sebesar 35 miliar dollar AS. Dalam lima tahun, angka ini bisa mencapai sekitar 175 miliar dollar AS,” jelasnya. Dana ini, menurut Rosan, akan digunakan untuk investasi yang dapat membuka lebih banyak lapangan pekerjaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Ringkasan
Danantara diperkirakan akan mengelola dividen sebesar Rp 150 triliun pada tahun ini, meningkat dari perkiraan sebelumnya. Dana ini akan dialokasikan untuk investasi strategis di sektor kesehatan, infrastruktur digital, dan industri bahan baku yang mendukung rantai pasok nasional, baik secara langsung maupun melalui BUMN.
Danantara menargetkan *return* investasi sebesar 10 persen dan berencana mengalokasikan sekitar 20 persen modal untuk investasi di luar negeri setelah memaksimalkan investasi dalam negeri. Dengan modal awal 7 miliar dollar AS, Danantara berpotensi memberikan *leverage* hingga 35 miliar dollar AS dalam satu tahun.