Perang Dagang AS-Cina Mereda? Pejabat Tinggi Bertemu di London!

Ade Banteng

London menjadi saksi perundingan krusial antara pejabat tinggi Amerika Serikat dan Cina pada Senin (9/6) waktu setempat. Pertemuan ini, yang bertujuan meredakan sengketa perdagangan yang kian memanas, menjadi langkah penting dalam upaya menjaga stabilitas ekonomi global.

Diselenggarakan di Lancaster House yang megah, pembicaraan ini diharapkan dapat merevitalisasi kesepakatan awal yang tercapai bulan lalu di Jenewa, yang sempat meredakan ketegangan antara Washington dan Beijing. Momen ini sangat krusial mengingat tantangan ekonomi yang dihadapi kedua raksasa dunia. Cina baru saja mencatat perlambatan pertumbuhan ekspor terendah dalam tiga bulan terakhir pada Mei, dengan deflasi harga produsen yang semakin parah hingga mencapai level terburuk dalam dua tahun. Sementara itu, di Amerika Serikat, perang dagang telah memukul kepercayaan bisnis dan rumah tangga, dan produk domestik bruto kuartal pertama mengalami kontraksi signifikan akibat lonjakan impor. Meskipun dampak inflasi masih terkendali dan pasar tenaga kerja relatif tangguh, para ekonom memprediksi tekanan akan semakin terasa seiring berjalannya musim panas.

Delegasi AS dalam perundingan dagang AS-Cina di London ini dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, didampingi Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer. Dari pihak Cina, Wakil Perdana Menteri He Lifeng memimpin kontingen penting tersebut.

Meski di Jenewa kedua belah pihak sepakat untuk mengurangi tarif impor tinggi yang sebelumnya memicu embargo perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia, pejabat AS belakangan menuduh Cina lamban dalam memenuhi komitmennya, terutama terkait pasokan tanah jarang. Kehadiran Menteri Perdagangan Howard Lutnick, yang tidak berpartisipasi dalam pembicaraan Jenewa sebelumnya, menggarisbawahi betapa vitalnya isu logam strategis ini. Lutnick, yang lembaganya mengawasi kontrol ekspor AS, terlibat karena tanah jarang menjadi fokus utama setelah kesepakatan 90 hari di Jenewa untuk mencabut sebagian tarif impor.

Pembicaraan di London ini berlangsung hanya empat hari setelah panggilan telepon bersejarah antara Presiden Trump dan pemimpin Cina Xi Jinping, interaksi langsung pertama mereka sejak pelantikan Trump pada 20 Januari. Menurut Beijing, Xi mendesak AS untuk menarik langkah-langkah perdagangan yang mengguncang ekonomi global dan memperingatkan agar tidak mengancam Taiwan. Namun, Trump melalui media sosial menyatakan bahwa percakapan tersebut, yang berfokus pada perdagangan, menghasilkan kesimpulan yang sangat positif, menjadi latar belakang optimisme untuk pertemuan London. Keesokan harinya, Trump mengumumkan bahwa Xi telah setuju untuk melanjutkan pengiriman mineral tanah jarang dan magnet ke AS, sebuah perkembangan penting mengingat penangguhan ekspor Cina pada April lalu telah mengganggu rantai pasokan vital bagi industri otomotif, kedirgantaraan, semikonduktor, dan kontraktor militer global.

Menjelang pertemuan ini, Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menegaskan komitmen AS. “Kami ingin Tiongkok dan Amerika Serikat terus melangkah maju dengan perjanjian yang disepakati di Jenewa,” ujarnya kepada Fox News, menambahkan bahwa pemerintah AS memantau ketat kepatuhan Cina terhadap kesepakatan tersebut, sembari berharap dapat segera mengadakan pembicaraan perdagangan yang lebih komprehensif.

Kesepakatan awal di Jenewa sempat memicu reli signifikan di pasar saham global, dengan Indeks S&P 500 (.SPX) pulih dari penurunan hampir 18% menjadi hanya sekitar 2% di bawah rekor tertinggi pertengahan Februari. Namun, kesepakatan sementara ini tidak menyelesaikan isu-isu bilateral yang lebih luas yang membebani hubungan kedua negara, termasuk perdagangan fentanil ilegal, status Taiwan, serta keberatan AS terhadap model ekonomi Cina yang didominasi negara dan berorientasi ekspor.

Meskipun Inggris menjadi tuan rumah perundingan penting ini di London, pemerintah Inggris menegaskan bahwa mereka tidak terlibat langsung dalam diskusi utama. Namun, Inggris dijadwalkan akan mengadakan pembicaraan terpisah dengan delegasi Cina di akhir minggu. Sementara itu, pasar finansial menunjukkan reaksi awal: dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang utama pada Senin (9/7) seiring investor menantikan perkembangan, sementara harga minyak tampak stabil.

Ringkasan

Pejabat tinggi Amerika Serikat dan Cina mengadakan perundingan penting di London pada Senin (9/6) untuk meredakan sengketa perdagangan yang memanas dan menjaga stabilitas ekonomi global. Pertemuan ini bertujuan merevitalisasi kesepakatan awal yang dicapai di Jenewa bulan lalu, yang sempat mengurangi ketegangan. Kedua negara raksasa ini menghadapi tantangan ekonomi signifikan, seperti perlambatan ekspor Cina dan kontraksi PDB AS. Delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, sementara pihak Cina dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah komitmen Cina terkait pasokan tanah jarang, dengan kehadiran Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick yang menggarisbawahi vitalnya masalah tersebut. Pembicaraan ini juga menjadi tindak lanjut dari panggilan telepon positif antara Presiden Trump dan Xi Jinping, di mana Xi dilaporkan setuju untuk melanjutkan pengiriman mineral tanah jarang. Meskipun kesepakatan Jenewa sempat memicu reli pasar saham global, isu-isu bilateral yang lebih luas seperti status Taiwan dan model ekonomi Cina masih belum terselesaikan.

Baca Juga

Bagikan:

Tags