Rancak Media JAKARTA. Konon, diamond is forever. Namun rupanya, kemilau abadi berlian kini tak lagi menjanjikan keuntungan finansial yang berarti. Dalam beberapa tahun terakhir, harga berlian terus mengalami penurunan, mengubah pandangan atas batu mulia ini dari instrumen investasi menjadi lebih sekadar barang koleksi atau simbol status.
“Berlian saat ini lebih banyak dijadikan sebagai koleksi dan instrumen penyimpanan kekayaan yang mudah dipindah-pindahkan,” demikian disampaikan Budi Raharjo, Direktur OneShildt, kepada Kontan.co.id pada Kamis (5/6). Budi menjelaskan bahwa karakteristik berlian yang bernilai tinggi tetapi memiliki likuiditas rendah menjadikannya kurang ideal untuk investasi jangka pendek. “Nilainya tinggi, tetapi likuiditasnya rendah. Kalau dijual cepat, harganya bisa jatuh jauh di bawah harga beli,” tambahnya, menegaskan risiko kerugian saat membutuhkan pencairan dana cepat.
Salah satu pemicu utama tekanan pada harga berlian tambang adalah popularitas yang kian meroket dari Lab-Grown Diamond atau berlian hasil laboratorium. Meskipun secara komposisi kimia, fisik, dan tampilan visual nyaris identik dengan berlian alami, harga berlian laboratorium jauh lebih terjangkau. Budi Raharjo menjelaskan, “Berlian hasil laboratorium dapat menjadi lebih murah dibandingkan berlian tambang karena faktor kelangkaannya yang berbeda.”
Pergeseran ini terlihat jelas dalam data pasar berlian global. Menurut Forbes, pada tahun 2015, berlian laboratorium hanya menyumbang 1% dari total penjualan global. Namun, proyeksi untuk tahun 2024 menunjukkan pangsa pasarnya melonjak drastis hingga mencapai 20%. Tren serupa juga terjadi di pasar cincin pertunangan, di mana The Knot melaporkan bahwa 52% berlian yang digunakan kini adalah hasil laboratorium, meningkat signifikan dari hanya 12% pada tahun 2019.
Selain faktor suplai dari berlian laboratorium, melemahnya permintaan juga turut menekan harga berlian, terutama dalam kondisi ekonomi yang kurang kondusif. Pada masa sulit, banyak individu justru memilih untuk melepas koleksi berlian mereka demi kebutuhan likuiditas, alih-alih melakukan pembelian. “Dalam kondisi ekonomi melemah, tekanan harga makin besar karena lebih banyak orang ingin menjual berlian dibanding membeli,” ungkap Budi.
Data dari StoneAlgo mengkonfirmasi penurunan harga berlian tambang yang signifikan: berlian 0,5 karat turun 11,47% menjadi US$1.065 dalam setahun terakhir, sementara berlian 1 karat ambles 11,41% menjadi US$3.897. Penurunan ini masih berlanjut dalam sebulan terakhir, dengan 0,5 karat turun 2,38% dan 1 karat turun 1,32%. Tren penurunan harga juga menimpa Lab-Grown Diamond, di mana 0,5 karat turun 10,86% dalam setahun (meski naik 1,27% dalam sebulan terakhir menjadi US$320) dan 1 karat ambles 16,32% dalam setahun (turun 4,21% dalam sebulan terakhir menjadi US$569).
Meskipun prospek jangka pendek tampak muram bagi investasi berlian, Budi Raharjo berpendapat bahwa berlian masih dapat berfungsi sebagai alat diversifikasi portofolio bagi kalangan tertentu, dengan catatan penting pada pemilihan jenis berlian. “Jika memang tujuannya untuk investasi dan koleksi jangka panjang, maka lebih tepat membeli berlian tambang. Nilainya lebih terjaga dibandingkan berlian laboratorium,” pungkasnya, memberikan panduan bagi mereka yang tetap tertarik pada daya tarik abadi batu mulia ini.
Ringkasan
Harga berlian alami terus mengalami penurunan, mengubahnya dari instrumen investasi menjadi lebih sekadar koleksi atau simbol status. Berlian memiliki nilai tinggi namun likuiditas rendah, sehingga sulit dicairkan cepat tanpa kerugian signifikan. Penurunan harga ini terutama disebabkan oleh popularitas Lab-Grown Diamond yang lebih terjangkau serta melemahnya permintaan pasar.
Data menunjukkan penurunan harga signifikan pada berlian tambang maupun laboratorium dalam setahun terakhir. Meski demikian, berlian tambang masih bisa berfungsi sebagai diversifikasi portofolio untuk investasi dan koleksi jangka panjang. Ini karena nilainya dianggap lebih terjaga dibandingkan berlian laboratorium.