Rancak Media – , JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) memulai perdagangan Rabu (4/6/2025) pagi dengan penguatan signifikan. Optimisme pelaku pasar yang semakin tinggi didorong oleh meredanya tensi dagang global setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menegaskan kebijakan tarif impor hanyalah sebagai alat negosiasi. IHSG tercatat naik 38,42 poin atau 0,55 persen, mencapai level 7.083,24, sementara indeks LQ45 yang mencakup 45 saham unggulan juga menguat 5,86 poin atau 0,74 persen ke posisi 800,78.
Pengamat pasar modal dari Panin Sekuritas, Reydi Octa, menjelaskan bahwa penguatan IHSG didorong oleh beberapa faktor. “Kami memperkirakan IHSG akan menguat disebabkan oleh tensi dagang yang mereda setelah Trump menginformasikan kebijakan tarif hanya menjadi alat negosiasi, serta valuasi indeks yang masih relatif atraktif, atau lebih murah dibandingkan peers,” ujarnya di Jakarta, Rabu (4/6/2025). Hal ini menunjukkan bahwa investor mulai kembali percaya diri setelah adanya kejelasan mengenai kebijakan tarif AS.
Di tengah dinamika global, pernyataan Trump yang menekankan tarif sebagai strategi negosiasi memang menjadi sorotan utama, meskipun Federal Court sebelumnya sempat menyatakan kebijakan tersebut menyalahi ketentuan. Pelaku pasar cenderung menilai isu ini sudah ‘priced in‘ atau sudah tercermin dalam harga. Namun, lembaga pemeringkat S&P merespons kebijakan tarif Trump dengan merilis 26 aksi peringkat negatif, termasuk delapan downgrade, lima peringkat negatif, dan 13 revisi prospek (outlook), yang menunjukkan dampak lebih luas terhadap entitas bisnis.
Kondisi geopolitik juga turut mewarnai sentimen pasar. Rusia dan Ukraina kembali membuka babak baru pembicaraan damai, meskipun belum menunjukkan hasil yang signifikan. Di sisi lain, ketegangan masih terasa setelah Iran menolak proposal AS untuk mengakhiri sengketa nuklir, menambah daftar ketidakpastian di beberapa kawasan.
Pergerakan pasar komoditas juga menjadi perhatian investor. Kekhawatiran meningkat menyusul kebakaran hutan di Alberta, Kanada, yang memaksa penutupan sementara produksi minyak dan gas. Sementara itu, di tengah fluktuasi harga energi, OPEC+ tetap mempertahankan rencana kenaikan produksi pada Juli mendatang, yang mungkin akan memberikan tekanan pada harga minyak global.
Dari Amerika Serikat, investor menantikan komentar dari sejumlah pejabat Federal Reserve serta rilis data penting seperti ISM Services PMI Mei 2025. Data ini diperkirakan naik ke level 52 dari 51,6 pada April, memberikan gambaran tentang kesehatan sektor jasa AS. Kondisi ekonomi di Eropa juga menjadi fokus, dengan inflasi zona euro pada Mei tercatat 1,9 persen, lebih rendah dari target European Central Bank (ECB) sebesar 2 persen. Angka ini mengindikasikan melemahnya daya beli dan berpotensi membuka peluang pemangkasan suku bunga lanjutan oleh ECB.
Tren serupa terlihat di Asia, khususnya Korea Selatan, di mana inflasi melambat hingga 1,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), menjadi yang terendah sejak Desember 2024. Respons terhadap perlambatan inflasi ini, Bank of Korea telah memangkas suku bunga sebanyak empat kali sepanjang tahun 2025, mencerminkan upaya stabilisasi ekonomi.
Sementara itu, dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan peluncuran paket stimulus ekonomi yang dijadwalkan mulai 5 Juni 2025. Stimulus ini mencakup beragam inisiatif, seperti bantuan subsidi upah (BSU) bagi pekerja bergaji di bawah Rp 3,5 juta dan guru honorer, diskon transportasi umum, tambahan bantuan sosial, serta diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja. Kebijakan ini diharapkan dapat mendongkrak daya beli masyarakat dan memicu pertumbuhan ekonomi domestik.
Secara global, sebagian besar bursa saham menunjukkan penguatan yang solid. Di Wall Street, indeks S&P 500 naik 0,58 persen ke 5.970,38, Nasdaq Composite naik 0,80 persen ke 21.662,58, dan Dow Jones menguat 0,06 persen ke 42.622,00. Bursa Eropa juga ditutup positif, dengan Euro Stoxx 50 naik 0,34 persen ke 5.373,85, FTSE 100 naik 0,15 persen ke 8.787,02, DAX naik 0,67 persen ke 24.091,62, dan CAC 40 menguat 0,34 persen ke 7.763,84. Di kawasan Asia pada pagi hari ini, indeks Nikkei naik 370,60 poin (0,32%) ke 37.815,50; Shanghai naik 10,15 poin (0,32%) ke 3.372,76; dan Hang Seng naik 149,77 poin (0,64%) ke 23.838,00; meskipun Strait Times melemah tipis 4,26 poin (0,22%) ke 3.889,33.
Ringkasan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) menguat signifikan sebesar 0,55% pada Rabu (4/6/2025) pagi, mencapai level 7.083,24. Optimisme pasar didorong meredanya tensi dagang global setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan kebijakan tarif impor hanyalah alat negosiasi. Valuasi indeks yang relatif atraktif juga menjadi faktor pendukung penguatan IHSG.
Di tengah dinamika global seperti respons S&P terhadap tarif AS dan pergerakan pasar komoditas, pelaku pasar domestik menantikan paket stimulus ekonomi yang dijadwalkan meluncur 5 Juni 2025. Stimulus ini diharapkan dapat mendongkrak daya beli masyarakat dan memicu pertumbuhan ekonomi. Secara global, mayoritas bursa saham utama seperti Wall Street, Eropa, dan sebagian Asia juga menunjukkan penguatan yang solid.