Rancak Media – , Jakarta – Sektor energi di Indonesia diproyeksikan akan menjadi lokomotif penciptaan peluang kerja baru yang signifikan, dengan potensi mencapai 6,2 juta lapangan kerja. Proyeksi ambisius ini diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, dan didasarkan pada rencana berbagai proyek energi nasional yang akan bergulir dalam lima tahun mendatang.
Dadan Kusdiana menekankan bahwa momentum ini sangat krusial, mengingat Indonesia saat ini memiliki 169 juta penduduk dalam usia produktif dari total 284 juta jiwa. Dari angka tersebut, sekitar 7,27 juta di antaranya masih menempuh pendidikan tinggi atau belum terserap ke dunia kerja. Oleh karena itu, penyediaan lapangan kerja sebanyak mungkin, khususnya melalui sektor energi, menjadi prioritas utama untuk memanfaatkan potensi demografi ini. Pernyataan Dadan tersebut dikutip dari keterangan tertulis pada Ahad, 27 Juli 2025.
Di sisi lain, Dadan juga mengaitkan potensi masif penciptaan lapangan kerja di sektor energi dengan tingkat konsumsi listrik per kapita Indonesia. Ia mengakui bahwa saat ini ketersediaan pekerjaan di sektor ini masih relatif minim, sebuah kondisi yang berkorelasi langsung dengan rendahnya konsumsi listrik di tanah air.
Secara spesifik, Dadan mengungkapkan bahwa konsumsi listrik per kapita Indonesia saat ini berada di angka 1.337 kWh per tahun, jauh tertinggal dibandingkan Vietnam yang telah mencapai 2.648 kWh. Kesenjangan ini mengindikasikan urgensi untuk mempercepat penambahan kapasitas pembangkit listrik. Untuk itu, proyeksi investasi di bidang energi hijau diperkirakan mencapai 42,6 gigawatt (GW) dalam sepuluh tahun ke depan, dengan estimasi nilai investasi fantastis sebesar Rp1.682 triliun. Dadan menegaskan bahwa megaproyek-megaproyek ini akan memicu kebutuhan tenaga kerja yang sangat besar di berbagai lini.
Selain dari pembangunan pembangkit listrik secara langsung, Dadan menambahkan bahwa peluang kerja juga akan meluas ke berbagai sektor pendukung, seperti industri produksi, penyedia jasa, logistik, serta pertumbuhan konsumsi domestik yang akan turut meningkat seiring geliat sektor energi.
Lebih lanjut, Dadan menekankan peran krusial hilirisasi industri dan pengembangan ekosistem energi bersih sebagai motor utama pembukaan lapangan kerja. Ia menyoroti pembangunan industri baterai kendaraan listrik (EV), yang belum lama ini diresmikan dengan peletakan batu pertama oleh Presiden Prabowo Subianto, sebagai contoh konkret dari inisiatif ini.
Menurut Dadan, Indonesia memiliki modal strategis yang sangat besar untuk mengembangkan sektor ini, mengingat statusnya sebagai salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia—sebuah komponen vital dalam produksi baterai EV.
Ia menjelaskan, peluang kerja yang tercipta tidak hanya terbatas pada pabrik baterai saja, melainkan mencakup seluruh rantai nilai, mulai dari proses penambangan, pengolahan bahan baku, hingga menjadi produk akhir yang siap pakai. Ini semua, imbuhnya, merupakan bagian integral dari upaya pemerintah untuk memperkuat ketahanan energi nasional dan memperluas pemanfaatan energi bersih.
Dadan juga menggarisbawahi bahwa efek penciptaan lapangan kerja tidak hanya terkonsentrasi pada sektor utama seperti pembangkit listrik dan pertambangan. Proyek-proyek energi ini akan memicu pertumbuhan signifikan pada berbagai sektor lain yang terlibat secara tidak langsung, seperti penyedia layanan katering, perusahaan logistik, sektor perbankan, hingga geliat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Berdasarkan simulasi komprehensif yang telah kami lakukan, potensi total peluang kerja ini secara menyeluruh dapat mencapai angka 6,2 juta orang,” tutup Dadan, seraya menegaskan, “Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir, sektor energi akan menjadi lokomotif utama yang mendorong penciptaan lapangan kerja baru yang masif di masa depan.”
Pilihan Editor: Strategi Lanjutan Setelah Tarif Trump Berlaku
Ringkasan
Sektor energi di Indonesia diproyeksikan mampu menciptakan 6,2 juta lapangan kerja baru dalam lima tahun ke depan. Proyeksi ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, sebagai upaya memanfaatkan populasi usia produktif Indonesia yang besar. Potensi ini didukung oleh rencana investasi besar di energi hijau yang diperkirakan mencapai Rp1.682 triliun, seiring upaya meningkatkan konsumsi listrik per kapita yang saat ini masih rendah.
Peluang kerja tersebut tidak hanya mencakup pembangunan pembangkit listrik secara langsung, tetapi juga meluas ke sektor pendukung seperti industri produksi, jasa, dan logistik. Hilirisasi industri, terutama pengembangan industri baterai kendaraan listrik yang memanfaatkan cadangan nikel, akan menjadi motor utama penciptaan lapangan kerja di seluruh rantai nilai. Efek penciptaan lapangan kerja ini juga akan mendorong pertumbuhan sektor lain seperti perbankan dan UMKM.