Rancak Media JAKARTA. Di tengah persaingan ketat dan tekanan terhadap pertumbuhan jumlah pelanggan, para emiten telekomunikasi di Indonesia kini secara adaptif mengandalkan strategi harga yang cerdas untuk menjaga dan bahkan meningkatkan kualitas pendapatan mereka. Pendekatan ini menjadi krusial dalam lanskap pasar yang dinamis.
Penyesuaian tarif tersebut dilakukan dengan sangat selektif, difokuskan pada produk-produk yang menawarkan Average Revenue Per User (ARPU) tinggi serta secara spesifik menyasar segmen pelanggan premium. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan nilai dari setiap pengguna.
Observasi dari analis BRI Danareksa Sekuritas, Kafi Ananta dan Erindra Krisnawan, menunjukkan bahwa sepanjang tahun berjalan hingga 18 Juli 2025, operator seluler cenderung memilih restrukturisasi dan penataan ulang portofolio produk mereka. Pendekatan ini dipilih ketimbang melakukan kenaikan harga secara menyeluruh, mencerminkan strategi yang lebih terukur.
Sebagai contoh nyata dari strategi ini, Telkomsel, anak usaha PT Telkom Tbk (TLKM), telah menarik paket 5G mereka. Langkah ini diikuti dengan peluncuran produk pengganti seperti ‘Voucher Internet’ dan paket ‘Simpati TikTok’, yang secara signifikan menawarkan yield atau imbal hasil per gigabyte yang lebih tinggi. Paket ‘Voucher Internet’ menawarkan durasi 3 hingga 30 hari dengan rata-rata imbal hasil mencapai Rp 5.700 per GB. Sementara itu, paket ‘Simpati TikTok’ dibanderol seharga Rp 55.000 untuk kuota 5 GB, menghasilkan yield yang lebih impresif, sekitar Rp 11.000 per GB. Inovasi produk ini menegaskan fokus pada peningkatan monetisasi.
“Fokus utama saat ini adalah melakukan monetisasi melalui substitusi atau penggantian produk,” jelas Kafi dalam risetnya yang dirilis pada 18 Juli 2025. Pernyataan ini menegaskan pergeseran strategi dari sekadar menambah pelanggan menjadi memaksimalkan nilai dari basis pelanggan yang ada.
Emiten Telekomunikasi Genjot Pendapatan, Simak Rekomendasi Saham TLKM, ISAT, dan EXCL
Menanggapi strategi tersebut, Analis Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menyatakan bahwa pendekatan ini sangat berpotensi untuk memperkuat struktur pendapatan berulang emiten. Stabilitas pendapatan menjadi prioritas di tengah fluktuasi pasar.
“Paket-paket premium dan layanan pascabayar umumnya memiliki tingkat churn rate atau tingkat berhenti berlangganan yang lebih rendah. Hal ini secara langsung berkontribusi pada stabilitas margin EBITDA perusahaan,” imbuh Ekky kepada Kontan pada Jumat (25/7/2025), menyoroti dampak positif pada profitabilitas jangka panjang.
Melihat prospek positif dari strategi ini, para analis pun memberikan rekomendasi investasi pada beberapa saham emiten telekomunikasi. Ekky Topan merekomendasikan untuk membeli saham TLKM dengan target harga Rp 3.400. Senada dengan itu, Kafi dari BRI Danareksa Sekuritas juga merekomendasikan beli saham ISAT, TLKM, dan EXCL, dengan target harga masing-masing adalah Rp 2.600, Rp 3.500, dan Rp 2.800 per saham. Rekomendasi ini mencerminkan optimisme terhadap kinerja keuangan emiten telekomunikasi di masa mendatang.
Ringkasan
Emiten telekomunikasi di Indonesia mengadopsi strategi harga cerdas untuk meningkatkan kualitas pendapatan di tengah persaingan ketat. Mereka fokus pada produk dengan *Average Revenue Per User* (ARPU) tinggi dan menyasar pelanggan premium, bukan kenaikan harga menyeluruh. Sebagai contoh, Telkomsel menarik paket 5G dan meluncurkan produk pengganti seperti ‘Voucher Internet’ dan ‘Simpati TikTok’ yang menawarkan imbal hasil per gigabyte lebih tinggi. Strategi ini menekankan monetisasi melalui substitusi produk untuk memaksimalkan nilai dari basis pelanggan yang ada.
Pendekatan ini dinilai berpotensi memperkuat struktur pendapatan berulang emiten, mengingat paket premium dan pascabayar memiliki tingkat *churn rate* lebih rendah, berkontribusi pada stabilitas margin EBITDA. Para analis merekomendasikan investasi pada saham telekomunikasi. BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan beli saham ISAT, TLKM, dan EXCL, sementara Infovesta Kapital Advisori merekomendasikan beli saham TLKM.