Rancak Media – JAKARTA. Prospek kinerja reksadana offshore diperkirakan tetap prospektif pada kuartal II 2025. Optimisme ini terutama didorong oleh sejumlah faktor makroekonomi global yang mendukung rotasi modal keluar dari pasar Amerika Serikat (AS). Meskipun tekanan masih menyelimuti dolar AS sejak awal tahun 2025, kinerja reksadana offshore justru menunjukkan sentimen yang beragam namun cenderung positif.
Hanif Mantiq, CEO STAR AM, menjelaskan bahwa pencapaian positif ini utamanya disokong oleh produk-produk yang memiliki eksposur kuat di pasar Asia Pasifik dan kawasan emerging market. Keuntungan yang didapat pun bersifat ganda, yaitu berupa apresiasi nilai aset lokal dan efek positif dari pelemahan mata uang AS.
Pelemahan Dolar AS Buka Peluang, Reksadana Offshore Tetap Menarik di Kuartal II-2025
Potensi ini tercermin dari data Infovesta Utama per Jumat (27/6), yang menunjukkan pertumbuhan signifikan pada beberapa produk reksadana. Sebagai contoh, reksadana BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD Kelas RK1 tumbuh 1,57% dalam sebulan dan 10,4% secara year-to-date (ytd). Sementara itu, Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific USD Kelas A mencatatkan pertumbuhan 10,1% dalam sebulan dan 14,86% secara ytd.
Kinerja STAR Global Sharia Equity USD juga menguat dalam sebulan terakhir, dengan pertumbuhan 6,67%, melampaui benchmark SP BMI Global Sharia Index yang hanya tumbuh 4,67%. “Hal ini dikarenakan STAR Global Sharia Equity USD punya eksposur cukup besar pada saham-saham teknologi AS dan saham-saham pertumbuhan berkapitalisasi besar,” jelas Hanif kepada Kontan.co.id, Senin (30/6).
Hanif lebih lanjut menyoroti bahwa reksadana offshore yang berinvestasi pada saham-saham sektor teknologi AS dengan kapitalisasi besar, seperti Nvidia (NVDA.O), Alphabet (GOOGL.O), dan Amazon, memang menunjukkan pembalikan dan penguatan kinerja signifikan dalam sebulan terakhir.
Mencermati Prospek Reksadana di Tengah Volatilitas Pasar, Mana yang Potensial?
Peningkatan kinerja ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk kemajuan negosiasi tarif dagang AS dengan negara tetangga, serta kemajuan Rancangan Undang-Undang (RUU) pemotongan pajak dan pengeluaran AS yang besar, meskipun ada indikasi bahwa RUU tersebut mungkin tidak akan berhasil dicapai pada 4 Juli 2025 mendatang.
Menurut Hanif, pelemahan dolar AS saat ini belum secara signifikan memengaruhi performa pasar saham dan obligasi AS. Hal ini terlihat dari kinerja month-to-date S&P500 yang naik 4,42% dan yield US Treasury 10 tahun yang justru mengalami penurunan dari 4,40% menjadi 4,28%. “Namun demikian, pelemahan ini mungkin akan berdampak positif untuk aset berisiko seperti saham emerging markets, obligasi global, dan komoditas, termasuk emas dan saham-saham sektor teknologi, karena pelemahan USD membuat aset ini lebih murah bagi investor luar AS,” ungkap Hanif.
Ke depan, prospek reksadana offshore masih memiliki daya tarik kuat, didukung oleh potensi pemulihan ekonomi China dan kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang lebih dovish, yang dapat mengurangi tekanan pada mata uang dolar AS. Namun, Hanif tetap mengimbau investor untuk tetap waspada terhadap volatilitas pasar AS dan Eropa akibat ketegangan geopolitik atau resesi, serta fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
“Penting untuk tetap melakukan diversifikasi, fokus pada horizon investasi jangka panjang sambil terus mencermati arah kebijakan suku bunga The Fed dan data ekonomi AS,” tutup Hanif.
Ringkasan
Prospek kinerja reksadana *offshore* diperkirakan tetap prospektif pada kuartal II 2025, terutama didorong oleh pelemahan dolar AS dan rotasi modal keluar dari pasar Amerika Serikat. Kinerja positif ini utamanya disokong oleh produk-produk yang memiliki eksposur kuat di pasar Asia Pasifik dan *emerging market*. Investor dapat memperoleh keuntungan ganda berupa apresiasi nilai aset lokal dan efek positif dari pelemahan mata uang AS.
Beberapa produk seperti BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD dan Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific USD menunjukkan pertumbuhan signifikan, didukung juga oleh saham-saham teknologi AS berkapitalisasi besar. Pelemahan dolar AS dapat berdampak positif bagi aset berisiko lainnya seperti saham *emerging markets* dan komoditas. Investor tetap diimbau untuk melakukan diversifikasi dan mencermati arah kebijakan Federal Reserve serta data ekonomi AS.