Tak semua orang beruntung memiliki sungai sebening kristal yang mudah dijangkau dari rumah. Namun, saya salah satu di antara mereka. Leuwi Hejo, dengan jeram kecilnya yang jernih dan batu-batu raksasa yang teguh di tengah riak air, mengalir tenang di bawah rindangnya hutan tropis, tak jauh dari tempat saya tinggal. Setiap kali hiruk-pikuk kota terasa menyesakkan, saya hanya perlu berjalan kaki beberapa menit dan membiarkan alunan air memeluk saya dalam ketenangan alam yang menyejukkan.
Leuwi Hejo bukanlah destinasi wisata besar yang riuh dengan promosi media sosial. Tempat ini sederhana, bahkan sering terlupakan dari peta pariwisata arus utama. Justru karena itulah pesonanya terasa lebih jujur dan tulus dalam menawarkan keheningan. Airnya yang berwarna toska bening seolah mengajak kita untuk sejenak berhenti dari rutinitas, menyingkirkan gawai, dan menyelam dalam kesunyian yang menyegarkan jiwa. Di antara rimbunnya pohon bambu dan semak liar, saya kerap menyaksikan anak-anak kampung berenang dengan riang, atau warga lokal yang sekadar duduk santai di saung bambu tepi sungai, bercengkrama ringan sambil menyeruput kopi hitam yang mengepul.
Pagi hari di Leuwi Hejo adalah sebuah meditasi yang tak disengaja. Uap air tipis melayang dari permukaan batu yang lembap, sinar matahari menembus sela-sela dedaunan, menciptakan lukisan cahaya alami, dan aroma tanah basah bercampur segar terbawa angin. Di jembatan bambu yang tampak ringkih namun berdiri kokoh, terpampang tulisan “Leuwi Hejo” dalam huruf sederhana. Saung-saung kecil di atas tebing sungai mungkin terlihat rapuh, namun di sanalah letak keunikan dan daya tariknya. Mereka tak dibentuk oleh investasi besar, melainkan oleh semangat gotong royong dan kecintaan tulus warga terhadap kampung halamannya.
Bagi banyak orang, esensi wisata adalah menempuh jarak jauh dan menghabiskan banyak uang. Namun bagi saya, anugerah sesungguhnya adalah ketika keindahan alam justru terhampar hanya selangkah dari pintu rumah. Leuwi Hejo mengajarkan bahwa kita tak perlu bepergian jauh untuk menemukan ketenangan sejati; terkadang, ia justru ada di sekitar kita, menanti untuk kita hadiri dengan sepenuh jiwa. Setiap kunjungan ke sana selalu mengingatkan saya: tidak semua kebahagiaan datang dalam bentuk yang megah—sebagian hadir sebagai aliran kecil yang jernih dan setia, seperti Leuwi Hejo di dekat rumah saya.
Ringkasan
Leuwi Hejo adalah sungai jernih dengan jeram kecil dan bebatuan besar yang terletak dekat rumah penulis, mudah dijangkau dengan berjalan kaki. Tempat ini menawarkan ketenangan alam yang menyegarkan, berfungsi sebagai pelarian dari hiruk-pikuk kota. Airnya yang berwarna toska bening mengajak pengunjung untuk bersantai dan menikmati kesunyian alam yang sejuk.
Meskipun bukan destinasi wisata besar, kesederhanaan Leuwi Hejo adalah pesona utamanya, jauh dari promosi pariwisata arus utama. Saung bambu dan jembatan di sana dibangun dengan semangat gotong royong warga lokal. Leuwi Hejo mengajarkan bahwa keindahan dan ketenangan sejati seringkali bisa ditemukan di sekitar kita, tanpa perlu bepergian jauh atau biaya besar.