Solok Selatan: Pesona Seribu Rumah Gadang dari Menara Songket

Ade Banteng

Bagi para penjelajah setia, sudahkah Anda merencanakan destinasi liburan berikutnya? Tak perlu jauh atau mahal, keindahan seringkali tersembunyi di sekitar kita atau di daerah tetangga. Petualangan singkat semacam ini dijamin mampu mengembalikan keceriaan hati dan kesegaran pikiran.

Inilah yang saya rasakan ketika memanfaatkan libur Idul Adha lalu, memilih untuk menjelajahi keindahan di daerah tetangga: Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Destinasi pilihan saya kala itu adalah Kawasan Seribu Rumah Gadang, sebuah permata budaya yang terletak di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Perjalanan sejauh 123 kilometer dari tempat saya menetap di Kota Sungai Penuh, memakan waktu sekitar tiga jam, namun setiap detiknya terasa berharga.

Julukan ‘Seribu’ pada Kawasan Seribu Rumah Gadang di Nagari Koto Baru bukan sekadar nama, melainkan cerminan dari kekayaan arsitektur tradisional Suku Minangkabau yang melimpah ruah di sana. Rumah Gadang, sebagai pusaka tinggi dan rumah adat kebanggaan, berdiri kokoh menjadi simbol warisan budaya tak ternilai. Pengakuan atas keunikan ini datang pada tahun 2017, ketika Kawasan Seribu Rumah Gadang dianugerahi Anugerah Pesona Indonesia (API) sebagai Kampung Adat Terpopuler di Indonesia, sebuah pencapaian yang patut dibanggakan.

Julukan Kawasan Seribu Rumah Gadang ini pertama kali digaungkan oleh Meutia Farida Hatta saat berkunjung ke Solok Selatan pada tahun 2008, terinspirasi oleh banyaknya Rumah Gadang yang masih lestari sebagai warisan masa lampau di perkampungan ini. Saat saya menelusuri setiap sudutnya, pemandangan berjejeran Rumah Gadang sungguh memukau. Mereka bukan sekadar monumen, melainkan hunian aktif yang dihuni dan terawat dengan apik oleh masyarakat setempat. Setiap Rumah Gadang tetap mempertahankan ciri khasnya: atap gonjong yang menyerupai tanduk kerbau, bentuk badan rumah trapesium terbalik, dan konstruksi alami dari kayu, bambu, serta ijuk kelapa. Tak lupa, keberadaan lumbung padi di bagian depan rumah menjadi pelengkap arsitektur tradisional yang ikonik.

Tak jauh dari deretan Rumah Gadang, sebuah menara setinggi 32 meter menjulang gagah, dikenal sebagai Menara Songket, sebuah mahakarya yang dibangun oleh Pemerintah Daerah Solok Selatan. Rasa antusiasme membuncah saat saya melangkah menaiki satu per satu anak tangganya.

Penamaannya yang unik berasal dari ornamen songket yang menghiasi seluruh bagian menara. Songket, kain tradisional nan indah yang juga dikenal luas di Minangkabau, seolah diabadikan dalam arsitektur modern ini. Kawasan Seribu Rumah Gadang dan Menara Songket kini menjelma bak sepasang kekasih yang tak terpisahkan, menjadi ikon wisata utama di Solok Selatan.

Dari puncak Menara Songket, pemandangan Kawasan Seribu Rumah Gadang terhampar luas di bawah sana. Panorama atap gonjong yang khas, seolah membisikkan kisah-kisah masa lalu yang tak lekang oleh waktu, menegaskan keaslian warisan budaya ini.

Meskipun era telah berganti dan rumah-rumah beton modern menjadi idaman banyak orang, Rumah Gadang di kawasan ini dengan teguh dipertahankan. Upaya pemugaran terus dilaksanakan, selalu dengan komitmen untuk tidak meninggalkan bentuk aslinya. Revitalisasi ini merupakan bentuk kolaborasi antara Pemerintah Daerah Solok Selatan dan Pemerintah Pusat demi menjaga kelestarian Kawasan Seribu Rumah Gadang.

Lebih dari sekadar kumpulan Rumah Gadang, kawasan ini juga menjadi rumah bagi sejumlah makam, surau, dan masjid yang telah berusia ratusan tahun, menambah nilai sejarah dan spiritualnya. Keberadaannya sungguh krusial untuk terus dilestarikan.

Setelah puas menyelami pesona Kawasan Seribu Rumah Gadang dari ketinggian Menara Songket dan melanjutkan perjalanan, sebuah kesan mendalam membekas di hati saya: sebuah kekhawatiran akan kehilangan perkampungan berharga ini. Sebab, jika suatu saat nanti saya ingin menengok kembali jejak masa lampau dan kekayaan adat masyarakat Minangkabau, di sinilah saya akan kembali. Semoga warisan berharga ini senantiasa lestari, karena ketakutan akan kehilangan bagian terindah dari tanah air tercinta adalah hal yang lumrah. Salam jelajah!

Ringkasan

Kawasan Seribu Rumah Gadang di Nagari Koto Baru, Solok Selatan, Sumatera Barat, adalah permata budaya yang kaya akan arsitektur tradisional Minangkabau. Julukan “Seribu” mencerminkan banyaknya Rumah Gadang yang masih lestari dan dihuni di lokasi ini. Kawasan ini diakui sebagai Kampung Adat Terpopuler di Indonesia pada Anugerah Pesona Indonesia 2017. Rumah Gadang di sini tetap mempertahankan ciri khasnya dengan atap *gonjong*, konstruksi alami, dan lumbung padi.

Tak jauh dari kawasan tersebut, Menara Songket setinggi 32 meter menjulang gagah, dibangun oleh Pemerintah Daerah Solok Selatan. Dinamai berdasarkan ornamen songket yang menghiasinya, menara ini menjadi ikon wisata utama. Dari puncaknya, pengunjung dapat menikmati panorama luas atap *gonjong* Rumah Gadang yang khas. Upaya pemugaran dan revitalisasi terus dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk menjaga kelestarian warisan budaya berharga ini.

Baca Juga

Bagikan: